Kamis, 17 November 2016

Kisah Raja Yang Ingin Bertemu Nabi Khidir







Suatu malam seorang Raja bengis di Turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Lalu sang Raja bertanya tentang Nabi Khidir .

“jika Khidir datang maka Tangkaplah jubahnya, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.” kata sufi
“Apakah itu bisa terjadi atas siapapun ?” tanya baginda raja
“Ya, siapapun bisa,” kata sufi.
“Siapa pula lebih bisa dariku ?” pikir Sang Raja

Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidir. Apa yang diceritakan sang sufi membuat baginda ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Sang raja kemudian mengedarkan pengumuman yang berisi:
“Siapa yang bisa menghadirkan Khidir Yang Ghaib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.”

Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Seorang lelaki bernama Bakhtiar Baba mendengar pengumuman itu dan Bakhtiar pun menghadap raja, lalu memberi hormat dan berkata kepada Sang  Raja.

“Hamba dapat menghadirkan Khidir, tetapi ada syaratnya…” kata Bakhtiar
“Apa syaratnya yang kau minta?” Tanya sang Raja.
“Baginda harus memberi hamba seribu keping uang emas.” jawab Bakhtiar
“Baiklah, Berapa lama kau dapat mencari Khidir?” tanya raja
“Hamba akan mencari Khidir dalam waktu empat puluh hari.” jawab Bakhtiar
“Kalau engkau bisa menemukan Khidir, Kau akan mendapat sepuluh ribu keping uang emas. Kalau gagal kau akan mati dipancung di tempat ini sebagai peringatan kepada siapapun yang akan mencoba mempermainkan aku.” Kata sang raja

Sang raja memberikan seribu keping uang emas kepada Bakhtiar, ia pun pulang dan memberikan uang itu kepada istrinya. Pada hari kempat puluh ia menghadap raja.

“Yang mulia, Kerakusanmu telah menyebabkanmu berpikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidir. Tetapi Khidir, tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan kerakusan. ” kata Bakhtiar

Raja sangat marah. mendengar apa yang di katakan oleh bakhtiar
“Kurang ajar, kau datang untuk mengorbankan nyawamu, Siapa pula kau ini, berani-beraninya mencampuri keinginanku?” Bentak raja

Dengan tenang Bakhtiar berkata, “Menurut dongeng, semua orang bisa bertemu Khidir. Tetapi pertemuan itu hanya akan ada manfaatnya apabila maksud orang itu benar. ”
“Cukup bualanmu itu ! Sebab aku tak akan memperpanjang hidupmu. Waktumu sudah habis ! kau hanya tinggal menungguku untuk meminta nasehat para menteriku tentang cara apa yang paling tepat untuk menghukummu.” hardik raja.

Raja menoleh pada Menteri Pertama dan berkata,” Bagaimana cara orang ini mati ?”
Menteri pertama menjawab, “Panggang hidup-hidup, sebagai peringatan.”
Menteri kedua berkata, “Potong-potong tubuhnya, pisah-pisakan anggota tubuhnya.”
Menteri ketiga berkata, “Sediakan kebutuhan hidup orang ini, agar ia tidak lagi menipu demi kelangsungan hidup keluarganya.”

Tiba tiba seorang yang sudah sangat tua memasuki ruangan itu.
“Orang tua apa maksud kedatanganmu ?” Tanya raja.
 “Saya hanya ingin mengulas nasehat para menteri ini.” Jawab orang tua itu.
“Apa maksudmu !” tanya raja
“Maksudku, menteri pertama ini aslinya Tukang Roti, jadi ia berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri kedua dulu adalah tukang daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong dan Menteri ketiga, adalah orang yang telah mempelajari ilmu Kenegaraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan ini.”

“Wahai raja, Catat dua hal ini. Pertama, Khidir muncul melayani setiap orang sesuai dengan kemampuan orang itu untuk memanfaatkan kedatangannya. Kedua, Bakhtiar, orang ini yang kuberi nama Baba karena pengorbanannya telah didesak oleh keputusaasaan untuk melakukan tindakan tersebut. Keperluannya semakin mendesak sehingga akupun muncul di depanmu.” kara orang tua itu

Semua orang terkejut mendengar perkataan orang tua ini. Ketika orang-orang itu  memperhatiannya dengan saksama, orang tua itu lenyap begitu saja. Raja sangat menyesal karena tidak sempat memanfaatkan saat pertemuan itu, karena orang itu tak lain adalah Nabi Khidir as.

Kisah Ulama Dan Wanita Penggoda








Suatu Ketika `Atha bin Yasar, Sulaiman bin Yasar dan beberapa sahabat pergi dari madinah untuk berhaji. Dalam perjalanannya mereka singgah di Abwa dan menginap di sebuah rumah, Sulaiman dan para sahabat keluar untuk suatu keperluan. Sementara `Atha bin Yasar tetap tinggal di rumah dalam keadaan berdiri sholat.

Tiba tiba masuk kedalam rumah tersebut seorang wanita cantik dari suku badui, Melihat ada seseorang masuk maka `Atha mempercepat sholatnya. Setelah selesai beliau bertanya
“Apakah engkau memerlukan sesuatu” Kata `Atha bin Yasar
“Ya, aku memintamu untuk mencumbui aku, sungguh aku sudah rindu dan tidak lagi memiliki suami” Jawab wanita itu
“Menjauhlah dariku,Janganlah engkau membakarku dan dirimu dengan api neraka” Hardik `Atha bin Yasar

Wanita itu terus berusaha menggodanya namun `Atha bin Yasar tidak menghiraukannya. `Atha bin yasar kemudian menangis dan berkata : “Celakalah kamu, menjauhlah dariku, menjauhlah.”
Semakin lama Tangisan `Atha semakin keras, melihat `Atha menangis maka wanita itupun ikut menangis di hadapannya.  Tak berapa lama kemudian Sulaiman datang dan melihat `Atha dan seorang wanita sedang menangis dihadapannya maka sulaiman pun duduk dan menangis di serambi rumah tanpa tahu apa yang membuat `Atha dan wanita di dalam rumah menangis.
Para sahabat datang dan melihat seisi rumah sedang menangis, para sahabatpun ikut menangis tanpa menanyakan sebab mereka menangis. Karena tangisan mereka yang semakin banyak dan keras, Wanita itupun berdiri dan keluar dari rumah. Melihat hal itu para sahabat dan sulaiman masuk kedalam rumah.

Sulaiman pun tetap terdiam dan tidak bertanya perihal apa yang terjadi untuk menjaga kehormatan dan kewibawaannya. Setelah Ibadah haji mereka pergi ke mesir dan tinggal disana dalam waktu yang di tentukan oleh Allah swt
Pada suatu malam saat `Atha tidur, tiba tiba ia terbangun dan menangis. Maka berkatalah sulaiman kepadanya

“Apa yang membuatmu menangis wahai saudaraku?” Tanya sulaiman
“Mimpi yang aku lihat malam ini”Jawab `Atha
“Mimpi apakah itu?”Tanya Sulaiman
“Jangan engkau beritahu kepada siapapun selagi aku masih hidup” pinta `Atha
“Baiklah” Jawab Sulaiman

“Aku melihat nabi Yusuf as. Akupun datang melihat kepada beliau di tengah tengah orang yang melihat kepada beliau. Tak kala aku melihat ketampanannya aku menangis. Beliaupun melihat kepadaku di tengah tengah manusia seraya berkata: Apa yang membuatmu menangis wahai manusia?” Aku menjawab :”Bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, aku ingat akan diri anda dan istri al Aziz, dan apa yang dengannya anda di uji, apa yang anda temui di penjara, dan perpisahan dengan ya`qub as. Maka akupun menangis karenanya dan karena kagum terhadap perkaranya. Maka berkatalah beliau:”Tidakkah engkau kagum terhadap seorang laki laki dan wanita di abwa?” Aku pun mengerti yang beliau maksudkan. Akupun menangis dan terbangun karenanya.” Cerita `Atha kepada sulaiman
“Wahai saudaraku,apakah gerangan yang terjadi dengan wanita tersebut?” Tanya Sulaiman

`Atha bin Yasar akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.

Kisah Pengembala Yang Jujur








Suatu hari, Seorang anak gembala melihat dari kejauhan dua orang laki-laki melangkah ke arahnya. Keduanya terlihat sangat letih dan kehausan. Bibir dan kerongkongan mereka tampak kering. Ketika keduanya mendekat dengan anak gembala itu, mereka memberi salam dan berkata,”Hai anak! Berilah kami susu dombamu sekadar untuk menghilangkan haus!”

“Maaf Pak, saya tidak dapat memberi Bapak karena domba-domba ini bukan kepunyaan saya. Saya hanya sebagai penggembala,” jawabnya. Kedua laki-laki tersebut tidak membantah jawabannya, bahkan di wajah keduanya jelas kelihatan mereka menyukai jawaban tersebut. Seorang diantara kedua berkata, “Bawalah kemari seekor domba betina yang belum kawin!” anak itu mengambil seekor anak domba, lalu di bawanya ke dekat mereka. Orang itu memegang domba tersebut dan mereba-raba susunya dengan membaca “basmalah”. Si anak gembala bingung dan berkata kepada dirinya sendiri sendiri, “Mana mungkin anak domba dapat diperas air susunya!” 
Tetapi sebentar kemudian susu anak domba itu membengkak dan setelah itu air susunya memancar berlimpah-limpah. Laki-laki yang seorang lagi mengambil sebuah batu cekung lalu diisinya dengan susu dan diminumnya berdua dengan kawannya. Kemudian anak itu diberi juga dan mereka bertiga minum bersama-sama. Anak itu hampir saja tidak percaya pada apa yang dilihatnya dan dialaminya.
“Sungguh ajaib!” kata anak gembala itu penuh takjub. Setelah mereka minum sepuas-puasnya, orang yang penuh berkah itu berkata, “Berhenti!” saat itu juga air susu domba berhenti mengalir, dan teteknya kempes kembali seperti semula. Anak gembala tadi berkata kepada orang yang penuh berkah, “Ajarkanlah kepada saya bacaan yang tuan baca tadi!"

“Kamu anak pintar!” jawab orang itu. Orang yang penuh berkah itu tak lain adalah Rasulullah saw. Sedangkan kawannya adalah Abu Bakar Shidiq r.a.
Sejak peristiwa itu, Abdullah bin Mas’ud si anak gembala itu tertarik pada Rasulullah dan sahabatnya. Dia merasa tertarik kepada keduanya. Sebaliknya Rasulullah kagum kepada anak itu. Walaupun dia seorang anak gembala yang sehari-harinya jauh dari keramaian masyarakat, tetapi dia cerdas, jujur, bertanggung jawab, bersungguh-sungguh dan teliti. 
Tidak berapa lama setelah itu, Abdullah bin Mas’id masuk Islam. Dia mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menerimanya. Sejak hari itu, Abdullah bin Mas’ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan utusan Allah. Abdullah bin Mas’ud senantiasa mendampingi bagaikan bayang-bayang dengan bendanya. Dia selalu menyertai beliau ke mana saja beliau pergi, di dalam rumah maupun di luar rumah. Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi beliau, mangambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang.
Dia juga yang membawakan tongkat dan sikat gigi (siwak) Rasulullah serta menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur. Bahkan Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika memang beliau memerlukannya. Beliau mempercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Mas’ud dijuluki orang dengan “Shahibus Sirri Rasulullah” (pemegang rahasia Rasulullah). 
Abdullah bin Mas’ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak heran kalau dia menjadi orang yang sempurna, terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah kepadanya. Sampai-sampai orang mengatakan, karakter dan akhlak Abdullah bin Mas’ud paling mirip dengan akhlak Rasulullah. Di samping itu dia belajar di madrasah Rasulullah. Karena itu memang pantas dia menjadi sahabat yang sangat baik membaca Al-Qur’an,. Dan sangat alim tentang syari’at Islam. 
Ketika khalifah Umar bin khatab r.a. berada di Arafah, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghadap beliau seraya berkata, “Ya Amirul Mu’minin, saya datang dari kufah sengaja untuk menghadap Anda. Disana ada seorang yang hafal al-Qur’an seutuhnya di luar kepala. Bagaimana pandapat Anda tentang orang itu?” umar marah mendengar pertanyaan itu dan dia belum pernah semarah itu, sehingga dia menarik napas panjang panjang seraya bertanya, “Siapa dia?” 
“Abdullah bin Mas’ud,” jawab orang itu. Kemarahan Umar mendadak reda. Seketika itu juga mukanya kembali cerah. “Demi Allah, setahu saya tidak ada lagi orang yang lebih alim dari padanya dalam urusan itu. Akan saya ceritakan kepada Anda. Suatu kisah mengenainya. Pada suatu malam Rasulullah berbincang-bincang di rumah Abu Bakar membicarakan tersebut. Selesai berbincang-bincang, Rasulullah pergi. Saya dan Abu Bakar pergi pula mengikuti beliau. Tiba-tiba kami melihat seseorang yang pada awalnya tidak kami kenali sedang shalat di Masjid. 
Rasulullah berdiri mendengarkan bacaan orang itu. Kemudian beliau berpaling dan berkata kepada kami, “Siapa yang ingin membaca al-Qur’an dengan baik seperti yang di turunkan Allah, bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas’ud)!” kemudian Abdullah bin Mas’ud duduk dan berdo’a. Rasulullah mengaminkan doanya. “Saya berkata dalam hati,” kata umar selanjutnya, “Demi Allah, besok pagi saya akan mendatangi Abdullah bin Mas’ud memberi kabar gembira kepadanya bahwa Rasulullah mengaminkan doanya. 
Ketika saya mendatangi besok pagi, ternyata Abu Bakar telah lebih dulu menyampaikan kabar gembira itu pada Abdullah. Abu Bakar memang selalu lebih cepat daripada saya dalam soal kebaikan.” Abdullah bin Mas’ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (AL-Qur’an) sebagai berikut, “Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, tidak ada satu ayat pun dalam al-Qur’an melainkan aku tahu dimana dan dalam situasi bagaimana di turunkan. Seandainya ada orang yang lebih tau daripada saya, niscaya saya datang belajar kepadanya.” 
Abdullah bin Mas’ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Cerita umar bin Khathab. Di bawah ini memperkuat ucapannya. Pada suatu malam ketika Khalifah Umar bin Khatab sedang dalam perjalanan, beliau bertemu dengan sebuah kabilah. Malam sangat gelap bagaikan beratap kemah, menutupi pandangan setiap pengendara. 
Abdullah bin Mas’ud berada dalam kabilah tersebut. Khalifah Umar memerintahkan seorang ajudan supaya menanyai kabilah tersebut. 
“Hai kabilah, darimana kalian?” teriaknya ajudan
“Min fajjil ‘amiq (dari lembah nan dalam),” jawab Abdullah. 
“Hendak ke mana kalian?” kata ajudan kembali bertanya
“Ke Baitul Atiq (rumah tua=Baitullah),” jawab Abdullah. 
“Diantara mereka pasti ada orang yang sangat alim.” Kata Umar. Kemudian diperintahkannya pula menanyakan. 
“Ayat Al-Qur’an manakah yang paling ampuh?” Tanya ajudan
Abdullah menjawab: “Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) yang tidak mengantuk dan tidak pula tidur...(QS. Al-Baqarah:225)”
“Tanyakan pula kepada mereka, ayat al-Qur’an manakah yang lebih kuat hukumnya?” kata Umar memerintahkan kepada ajudan . 
Abdullah menjawab: “Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kabajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl:9).” 
“Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur’an manakah yang mencakup semuanya?” kata Umar memerintahkan kepada ajudan
Abdullah menjawab: “Barangsiapa mengajarkan kebaikan walaupun seberat biji dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula (QS Al-Zalzalah:8)
Kata Umar, “Tanyakan! Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!!”

Kisah Umar Bin Khattab Menangis








Pada Suatu hari Umar radhiallahu’anhu masuk menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam rumahnya, sebuah ruangan yang lebih layak disebut bilik kecil disisi masjid Nabawi. Di dalam bilik sederhana itu, beliau mendapati Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam– sedang tidur di atas tikar kasar hingga gurat-gurat tikar itu membekas di badan beliau.

Spontan keadaan ini membuat Umar menitikkan air mata karena merasa iba dengan kondisi Rasulullah.
“Mengapa engkau menangis, ya Umar?” tanya Rasulullah.
“Bagaimana saya tidak menangis, Kisra dan Kaisar duduk di atas singgasana bertatakan emas,” sementara tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, ya Rasulullah. Padahal engkau adalah kekasih-Nya,” jawab Umar.
Rasulullah kemudian menghibur Umar, beliau bersabda: “Mereka adalah kaum yang kesenangannya telah disegerakan sekarang juga, dan tak lama lagi akan sirna, tidakkah engkau rela mereka memiliki dunia sementara kita memiliki akhirat…? “.
Beliau shallallahu alaihi wasallam melanjutkan lagi, “Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang bepergian di bawah terik panas. Dia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya“.

Syafaat Rasulullah Di Hari Kiamat








Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.

Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”
Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”
Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”
Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”
Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”
Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”
Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”
Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”
Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”
Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”
Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”
Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”
Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”
***
Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..
Itulah sekelumit kisah masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Copyright @ 2013 Kisah Sejarah Islam.