Bersama Jibril,
Rasulullah saw mikraj menemui Allah SWT melalui tangga emas yang
dihiasi mutiara dan permata yang berasal dari sorga. Perjalanan akan
melalui langit yang tujuh lapis. Namun pada setiap anak tangga, mereka
berdua telah menjumpai pemandangan-pemandangan yang menakjubkan bagi
Rasulullah saw. Pada anak tangga pertama, Rasulullah saw melihat tujuh
ribu barisan malaikat yang seluruhnya mengenakan mahkota emas seraya
mengucapkan: ‘Subhanallah Wabihamdihi’.
Di anak tangga
yang kedua dilihatnya pula barisan malaikat bermahkotakan emas, namun
ada perbedaannya dengan malaikat-malaikat tadi, yaitu di dahinya
tertulis ‘Subhanallahi Wabihamdihi, Subhanallahi Malikul Quddusi’.
Selanjutnya di
anak tangga yang ketiga, mereka menjumpai malaikat yang berjumlah
300.000 berpakaian penuh ragamnya dan bermahkotakan emas pula. Dari
mulutnya terpancar cahaya. Nabi Muhammad saw bertanya kepada Jibril
mengenai mereka.
Dijawab oleh Jibril ‘alaihissalam, "Siapa saja umatmu yang membaca seperti yang dibaca oleh para malaikat itu yang berbunyi ‘Astaghfirullaah’, apabila mereka menguap, maka begitu pula cahaya yang akan keluar dari mulutnya”.
Pada anak
tangga yang keempat, dijumpai malaikat-malaikat yang begitu banyak
jumlahnya, yang hanya Allah saja mengetahui berapa banyak jumlahnya.
Mereka senantiasa mengucapkan ‘La Ilaha lila Huwal Mubin’. Bacaaan itu, menurut malaikat Jibril, berfaedah menjadikan orang yang membacanya diampuni dosa-dosanya.
Di anak tangga kelima, mereka melihat para malaikat yang raut wajahnya bagaikan bulan purnama. Masing masing mengucapkan ‘Asyhadu An Laa llaha lllallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullaah’. Dan juga senantiasa mengucapkan tahmid (Alhamdulillah).
Di sini, Rasulullah saw juga melihat dua cahaya yang berdampingan
bagaikan dian yang tak kunjung padam. Gemerlapnya begitu dahsyat.
Rasul saw pun menanyakan mengenai hal itu, "Wahai Jibril, cahaya apakah gerangan yang kulihat itu. Dua berdampingan."
Jibril a.s.
menjawab, "Wahai Muhammad, itulah tempatnya nyawa. Pada bagian sebelah
timur, itulah yang disebut Baitul Mukmuran, yaitu tempat bersemayamnya
nyawa yang tidak digunakan di dunia, adapun nyawa yang sudah digunakan,
itulah yang dinamakan Jabatul Hannanu, yaitu tempat nyawa-nyawa yang
sudah digunakan di dunia Kemudian tinggal tergantung di ‘Arsy."
Dalam sekejap
mata seperti juga yang terjadi pada perjalanan sebelumnya mereka berdua
telah sampai di anak tangga keenam. Lalu pada yang ketujuh. Anak tangga ini berjumlah tidak kurang dari 50 buah hingga langit ketujuh.
Kini, sampailah
Rasulullah saw di langit yang pertama. Setelah meminta ijin terlebih
dahulu kepada malaikat penjaganya, mereka berdua masuk ke langit ini.
Para malaikat menghaturkan sujud penghormatan bagi makhluk mulia, Nabi
Muhammad saw. Di sini, Jibril mengajak Rasulullah saw berjalan-jalan
melihat keadaan sekitar. Di tempat ini, terlihat bintang-bintang yang
gemerlapan di angkasa luas. Kemudian Jibril mengumandangkan adzan untuk
melaksanakan shalat. Dengan diimami oleh Rasul saw, para malaikat
bermakmum shalat sunat dua rakaat. Di langit pertama ini juga dilihat
bulan oleh Rasulullah saw.
Kemudian
perjalanan dilanjutkan ke langit kedua. Di langit ini, para malaikat
mengucapkan shalawat ketika mengetahui kedatangan makhluk utama, Nabi
Muhammad saw. Di langit kedua ini juga dilaksanakan shalat sunat.
Pada lapisan
langit yang ketiga, Rasul SAW menjumpai seorang lelaki yang tengah duduk
di atas kursi cahaya dengan dikelilingi oleh para malaikat yang
bermahkotakan emas.
Nabi SAW pun
mengucapkan salam kepada lelaki itu. Namun, ia tidak langsung
menjawabnya, melainkan bertanya terlebih dahulu kepada Jibril, "Siapa
yang memberiku salam?"
Jibril menjawab, "Tidakkah kamu mengetahui Muhammad, orang pilihan Allah Ta’ala serta diberi keselamatan."
Orang itu
adalah Nabi Adam. Beliau sangat gembira mengetahui siapa yang memberi
salam tadi. Segera Rasul saw dihampiri dan diciumnya. Rasulullah SAW
belum mengetahui siapa orang yang tengah dihadapinya, dan ditanyakanlah
kepada Jibril.
Nabi Adam a s.
itu akan menangis ketika duduk kemudian menengok ke sebelah kiri, karena
menyaksikan anak cucunya yang berada di dalam neraka. Dan akan tertawa,
apabila melihat ke sebelah kanan, karena dilihatnya anak cucunya berada
di sorga. Di tempat ini, Rasul SAW juga melaksanakan shalat sunat
bersama para malaikat dan Nabi Adam a.s.
Kini perjalanan
dilanjutkan kembali menuju langit keempat. Di langit ini mereka
menjumpai seekor ayam berbulu putih. Mulut, mata, dan kakinya berwarna
kuning. Di lidahnya dihiasi dengan permata yang berasal dari sorga. Di
matanya dihiasi intan. Potoknya berwarna emas murni.
"Ayam apa gerangan itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
Jibril
menjawab, "Itulah ayamnya ‘Arsy. Kalau berkokok di sepertiga terakhir
malam, akan mengikuti pula ayam-ayam yang ada di bumi. Kokoknya
mengatakan, Wahai segenap yang tidur, bangunlah kalian semua. Lalu
sampaikan puji-pujian kepada Allah Ta’ala, agar kamu semuanya diberi
rahmat Allah Ta’ala di akhirat’."
“Adapun bunyi
kokoknya di siang hari ialah, ‘Sadarlah kalian seluruhnya atas keesaan
Allah Ta’ala’ Mudah-mudahan kamu semua tidak dimasukkan-Nya ke dalam
neraka."
Di tempat lain,
mereka menjumpai malaikat yang tengah duduk di atas kursi yang
bercahaya api, dalam keadaan yang sangat marah seraya memegang sabuk
yang berasal dari api neraka. Pada setiap sabuknya ada delapan puluh
orang yang mendapat hukuman. Apabila sabuk itu disimpan di atas bumi,
akan hancurlah bumi ini.
Nabi Muhammad
saw menyampaikan salam kepada malaikat tersebut. Namun, ia tidak
menanggapinya. Maka Allah Ta’ala pun mengingatkannya, "Wahai malaikat si
penjaga neraka. Kenapa engkau tidak sudi menyahuti salam orang yang
Kurahmati. Sesungguhnya Aku tidak menciptakan engkau bersama dengan
neraka dan sorga beserta seluruh isinya, kalau bukan karena Muhammad.
Maka dialah yang kuinginkan mendapat kebesaran dan kemuliaannya."
Bergetarlah
malaikat penjaga neraka menerima teguran dari Allah Ta’ala tersebut.
Berkata Malaikat Jibril a.s., "Wahai Malaikat, tidakkah engkau mengenal
orang yang dirahmati Allah Ta’ala di dua dunia."
Malaikat
Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, mohon kiranya dengan sangat
engkau memaafkanku. Sebab saya ditakdirkan oleh Allah Ta’ala berwajah
pemarah yang kutunggu ialah umatmu yang tidak mengikuti kelakuanmu. Akan
Kuambil seluruh perlakuan buruknya yang sudah dilakukannya di dunia." Kemudian Nabi saw meminta untuk dibukakanya pintu neraka.
Malaikat Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, tidak akan kubiarkan pintu neraka dibuka sebelum dunia kiamat."
Namun tiba-tiba
terdengar suara yang berbunyi, "Bukakanlah pintu neraka, sebab tidaklah
kuciptakan dunia itu bersama isinya kalau bukan karena Muhammad."
Akhirnya pintu
neraka itu pun dibukakan untuk Nabi Muhammad saw. Seandainya neraka
bocor sebesar lubang jarum saja, maka akan gelaplah langit dan bumi.
Rasul saw dan
Jibril a.s. masuk ke dalamnya. Pertama yang dijumpainya adalah seorang
laki-laki yang tengah disiksa dengan cara direbus di dalam dulang api
neraka lalu dikait dengan besi. Lidahnya terjulur hingga ke tanah.
Ketika Rasul saw menanyakan kepada Jibril perihal orang itu, maka
dijawabnya, "Itulah umatmu yang menganiaya sesamanya, dan ia tidak
bertobat sampai meninggalnya."
Kemudian
dilihat ada sebuah rumah di dalam neraka. Di dalamnya terdapat tujuh
puluh orang yang tengah disiksa. Ada lagi seorang laki-laki yang tengah
dirantai kakinya. Rantainya membara karena terbuat dan api neraka. Kedua
matanya ditusuk dengan besi. Mulutnya dituangi dengan timah panas yang
meleleh. Tulang-belulangnya terkelupas terbakar api dan seraya
terpangganglah ia di atas api neraka. Nabi saw bertanya, "Siapa gerangan
yang disiksa sedemikian itu?"
Jawab Jibril bahwa itu adalah umat Nabi saw yang selalu bertikai dan saling konflik di antara mereka.
Terlihat pula
sekelompok orang yang tengah disiksa dengan cara kepalanya berada di
bawah, wajahnya terbalik menghadap ke belakang. Mukanya diserupakan
dengan wajah babi. Sementara kedua tangannya terpotong. Tiba-tiba ia
terlontar ke dalam api neraka yang tengah menyala-nyala. Jelas Jibril
bahwa itu adalah umat Nabi saw yang sering mangambil hak milik sesama,
serta busuk hatinya terhadap sesamanya juga.
Di tempat lain,
Nabi SAW menyaksikan seorang penghuni neraka yang meraung-raung yang
suaranya terdengar hingga ke langit ke tujuh, la adalah orang muda yang
mati tidak bertobat.
Ada juga orang
yang disiksa mulutnya dikait dengan besi yang lidahnya menjulur ke
tanah, la adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya hingga matinya.
Disaksikan pula
seorang wanita yang berada di tengah api neraka. Wajahnya menghadap ke
belakang. Lidahnya dituangi dengan cairan timah yang yang sedang
mendidih. Mulutnya ditusuk dengan besi yang membara. "Itulah umatmu yang
berkunjung ke tetangganya (pergi ke luar) tanpa mengenakan kerudung
(jilbab)," jelas Jibril.
Dilihatnya juga
seorang wanita yang tengah berada di atas, sedangkan kemaluannya
ditusuk dengan besi dan menembus hingga ke mulutnya. Sementara itu kedua
tangannya memegang erat bara api. la disiksa demikian karena sering
pergi ke luar rumah tanpa seizin suaminya.
Peninjauan di
dalam neraka dirasa sudah cukup. Mereka berdua pun keluar. Selanjutnya
didirikanlah shalat sunat bersama para malaikat.
Kini mereka
pergi menuju ke langit kelima. Di langit ini mereka menjumpai seorang
laki-laki berada di tempat yang terbuat dari besi bersama para malaikat
yang bermahkotakan emas "Siapakah itu wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah Nabi Isa alaihiasalam," ujar Jibril a.s.
Nabi saw pun
menghampiri untuk menyalaminya. Namun, Nabi Isa belum menanggapinya, dan
bertanya kepada Jibril mengenai siapa orang yang menghampirinya itu.
Ketika mengetahui siapa yang tengah berada di hadapannya, Nabi Isa
segera mencium Nabi Muhammad saw. Lalu mereka melaksanakan shalat sunat.
Kini,
perjalanan mikraj sudah berada di langit keenam. Di sini mereka
menjumpai seorang laki-laki yang duduk di atas kursi cahaya. Dikelilingi
oleh para malaikat. Ia adalah Nabi Musa ‘alaihiasalaam.
Nabi Musa
menanyakan orang yang ada di hadapannya tersebut "Itulah orang yang
dirahmati oleh Allah Ta’ala. la hendak naik ke langit menjumpai
Tuhannya," ucap Jibril.
Dihampirilah
Nabi Muhammad saw oleh Nabi Musa a s. seraya berpesan bahwa apabila
telah kembali dari ‘Arsy, hendaklah singgah terlebih dahulu di
tempatnya. Agar diketahui mengenai apa-apa yang disaksikan dan diberikan
oleh Allah Ta’ala kepada Rasul saw.
Kemudian Jibril mengumandangkan adzan tanda akan didirikannya shalat bersama Nabi Musa dan para malaikat.
Perjalanan pun
dilanjutkan kembali. Menyeberangi lautan-lautan yang begitu luas dan
daerah-daerah yang penuh cahaya terang benderang. Melewati pula
daerah-daerah yang gelap. Tiap macamnya dipisahkan oleh jarak 500 tahun
perjalanan, la melewati tabir-tabir keindahan, kesempurnaan, rahasia
keagungan. Di balik itu, terdapat 70.000 kelompok malaikat yang tengah
bersujud. Mereka akan sujud dan tidak meninggalkan tempat, hingga hari
akhir kelak.
Nabi Muhammad
saw dan Malaikat Jibril kini berada di langit ketujuh Mereka menjumpai
sebuah pohon yang sangat besar. Selembar daunnya saja masih lebih lebar
dari planet bumi ini. Rasul saw meminta buah pohon tersebut kepada
Malaikat penjaganya, namun ia menolaknya karena takut kepada Allah yang
menugaskan menjaga pohon tersebut.
Jibril menegur
Malaikat penjaga itu, "Wahai Malaikat, kenapa engkau enggan memberikan
buah pohon Katubi itu. Tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati
Allah Ta’ala ini."
Jibril pun
mengambil buah pohon tersebut. Ternyata, di dalam buah itu
terdapat.seorang anak bidadari. Seorang wanita yang mengenakan pakaian
yang beragam coraknya. Bidadari itu akan dianugerahkan juga oleh Allah
Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad saw yang mengikuti akhlak beliau.
Setelah
diperintahkan oleh Rasul saw, bidadari itu pun masuk kembali ke buahnya.
Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanannya kembali. Di suatu
tempat, dijumpai banyak malaikat yang berada di sekitar sebuah pohon.
"Pohon apakah itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah yang dinamakan pohon Sidratul Muntaha," kata Jibril.
Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada
sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (Q.S. 53:13-16)
Pada
daun-daunnya ditulis mengenai umur setiap yang bernyawa. Nabi saw
menghampiri seorang malaikat yang menjaga pohon tersebut, dan memberinya
salam. Namun malaikat tersebut tidak menyahutnya. Jibril segera menegur
malaikat tersebut. Mengetahui mengenai keberadaan Nabi saw malaikat itu
pun segera a menjawab salamnya.
"Wahai Malaikat, apakah engkau yang menjaga (pohon) Sidratul Muntaha?" tanya Nabi saw.
"Sayalah Malaikat Maut," ujar sang Malaikat.
"Betapa banyak
orang yang meninggal dunia dalam sehari semalam. Engkaukah yang
mengambil nyawa mereka seluruhnya," tanya Nabi saw.
"Wahai
Muhammad, itulah sebabnya ada sebanyak 700.000 pimpinan laskar malaikat
pencabut nyawa. Sedangkan tiap-tiap pimpinan itu membawahi 700.000
malaikat. Saya hanya tinggal memperhatikan dedaunan itu. Jika tulisannya
tanggal, Aku perintahkan malaikat pergi menjemput nyawanya si fulan di
negeri anu," kata Malaikat Maut. "Jika
saya ingin melihat seluruh isi dunia, hanya bagaikan sebuah cangkir
yang kulihat di hadapanku. Tidak satu pun isi dunia yang luput dari
penglihatanku."
Mereka berdua
menjumpai pula sekelompok malaikat. Malaikat-malaikat tersebut disapa
oleh Nabi saw, namun mereka tidak menjawabnya. Kemudian Allah menegur
mereka. Teguran itu menghentakkan hati para malaikat tersebut. Pintanya
kepada Nabi Muhammad saw. "Mohon dengan sangat, sudikah engkau memaafkan
diriku. Sebab saya sudah ditakdirkan untuk tidak berkata-kata sebelum
dunia kiamat."
Ada lagi
kelompok malaikat yang berjumlah tujuh ribu orang. Setelah diperhatikan
oleh Nabi saw, mereka terdiri atas empat jenis wajah. Ada yang berwajah
mirip kerbau, ayam, manusia, dan macan.
Malaikat
berwajah mirip kerbau adalah kelompok malaikat yang bertugas untuk
menyebarkan rezeki bagi setiap ternak yang dimakan dagingnya. Kelompok
malaikat yang berwajah mirip manusia bertugas untuk menyebarkan rezeki
bagi setiap manusia. Malaikat yang berwajah mirip ayam bertugas untuk
menyebarkan rezeki bagi setiap hewan unggas. Sedangkan malaikat yang
berwajah mirip macan menyebarkan rezeki bagi semua binatang buas.
Di tempat lain,
Nabi saw melihat malaikat yang kepalanya berjumlah tujuh ribu. Setiap
kepala memiliki tujuh ribu rupa. Setiap rupa memiliki tujuh ribu mulut
Setiap mulutnya memiliki tujuh ribu lidah. Di dalam satu lidahnya
memiliki tujuh ribu bahasa yang dikuasainya, seluruhnya senantiasa
memuji Allah Ta’ala. Malaikat
ini selalu mendoakan keselamatan bagi orang yang berangkat menunaikan
shalat, orang yang tengah menuntut ilmu, dan mereka yang berpuasa di
bulan Ramadhan.
Kini perjalanan
sudah sampai pada tujuannya. Bumi dan langit menjadi terlihat satu, dan
hampir tidak dapat dilihat. Berada di depan hadirat Allah Ta’ala.
Jibril membawakan usungan dari sorga untuk membawa Nabi saw. Tidak
memiliki tiang dan tidak ada gantungannya. Dindingnya terpasang sutera.
Beralaskan ambal. Kemudian Rasul saw menaikinya untuk pergi ke ‘Arsy
tempat bersemayamnya Allah SWT.
Beliau harus
melewati delapan puluh dinding cahaya. Ada pula beraneka ragam cahaya
lainnya yang dapat disaksikan. Yang membuat Rasulullah saw terkesima.
Tujuan pun telah sampai. Di sini tidak ada timur dan barat; tidak
diketahui pula utara dan selatan. Merendah dirilah Sang Nabi SAW di
hadapan Allah SWT.
Firman Allah
Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, "Wahai Muhammad, Aku sudah
berada di hadapanmu. Tidak ada sesuatu yang mengantarai kita. Sama
halnya dekatnya padi pada batangnya”.
Rasa takut
mulai menyelimuti diri Rasul SAW, karena dirinya kini telah ada di
hadapan Raja Segala Raja Alam Semesta. Beliau memuji Allah, "Attaahiyaatul Mubaarakaatuh Asshalawaatu Lillaah."
Allah Ta’ala berfirman, "Assalaamu ‘Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullaahi Wa Barakaatuh”.
"Wa alaa Ibaadillaahis-Shaalihiina. AsyhaduAn Laa llaaha Ilallaah," ujar Nabi saw.
"WaAsyhadu Anna Muhammadan Rasuusullaahi. Kuberikan kepadamu shalat delapan puluh waktu sehari semalam. Bersama Qul Huwallaahu Ahad, QulA’uudzu, kedua-duanya, bawakanlah kepada umatmu”.
"Kujadikan alam
beserta isinya hanya karena engkau, wahai Muhammad. Banyak sekali nabi
yang Kuciptakan. Engkaulah yang paling Kukasihi. Engkau pulalah
pengganti-Ku. Adapun Jibril, hanya Kujadikan utusan. Sedangkan engkau,
wahai Muhammad, Engkaulah yang mewujudkan kemuliaan-Ku serta
Kebesaran-Ku," firman Allah Ta’ala.
Pertemuan Tuhan
dengan Makhluk-Nya itu pun berakhir. Beliau keluar dari lingkungan
‘Arsy. Usungan tadi membawa kembali dengan sendirinya kehadapan Jibril.
Nabi Muhammad saw mempersiapkan kembali perjalanannya untuk pulang ke bumi.
Dalam
perjalanan pulang itu, Nabi saw menjumpai sebuah kota. Beliau mencoba
melihat-lihat keadaan di dalamnya. Di sana dilihat ada sebuah rumah yang
dindingnya terbuat dari emas dengan berhiaskan permata yang beraneka
ragam. Tiangnya terbuat dari mutiara, dan Rasul saw mencoba melihat
rumah tersebut dari atasnya. Ada sebuah gelas yang unik. Gelas itu tidak
ada penyangganya, sedangkan di dalamnya terdapat seorang perempuan yang
cantik jelita. Badannya bercahaya lebih terang daripada sinar matahari,
apalagi bulan.
Setelah dijelaskan oleh sang perempuan itu, diketahuilah bahwa ia adalah bidadari yang dipersiapkan untuk para syuhada.
Dari tempat
ini, Nabi Muhammad saw beranjak ke suatu tempat yang di dalamnya
terdapat sebuah rumah besar. Dindingnya terbuat dari cermin yang
beralaskan batu permata merah. Dan bubungannya terbuat dari permata
zamrud. Kemudian ditemuinya pula empat buah sungai. Sungai madu,sungai
susu, sungai tuak, dan sungai air bening. Di pinggir-pinggir sepanjang
sungai tersebut berhamburan permata. Tidak lama kemudian ada seorang
malaikat yang mengambil secangkir dari setiap air sungai itu. Kemudian
dibawakan ke hadapan Rasulullah saw untuk dipilih sebagai minumannya.
Rasulullah saw
pun memilih secangkir susu. Lalu diminumnya hingga tersisa setengah
cangkir. Kemudian didengarlah ada suara yang mengatakan, "Wahai
Muhammad, seandainya engkau meminum susu itu sampai habis, maka seluruh
umatmu (akan menjadi) penghuni sorga."
Segera setelah
mendengar suara itu, Rasulullah saw akan meminumnya kembali. Namun kata
malaikat tadi, "Wahai Muhammad, sungguh sudah tidak diridhai Allah
Ta’ala."
Suara tak
berwujud itu terdengar lagi, "Sekiranya tuak itu yang engkau minum, maka
umatmu berada dalam genggaman setan Wahai Muhammad, sekiranya madu itu
yang engkau minum lebih dulu, maka umatmu akan lebih besar perhatiannya
kepada dunia daripada akhiratnya."
Dari tempat
itu, mereka berdua berjalan lagi dan menjumpai lagi komplek perumahan
yang sangat banyak jumlahnya. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin Di
dalam setiap rumah itu terdapat empat puluh kamar. Setiap kamarnya ada
empat puluh anak bidadari yang tengah menari-nari. Menurut Jibril, itu
semua diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW yang memiliki iman yang
tebal. Yang senantiasa memuliakan alim ulama. Serta berakhlak mulia
terhadap sesama muslim dan manusia lain.
Selanjutnya
Nabi SAW dan Jibril menyaksikan jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki
empat puluh rupa. Setiap rupanya berbuah empat puluh butir. Setiap
buahnya memiliki empat puluh rasa.
Rasul saw penasaran mencoba menanyakannya kepada Jibril, "Rumah apa namanya itu, sedemikian banyak tanamannya."
"Itulah
nantinya yang bakal dijanjikan untuk menjamu mereka vang mencintai
agamanya. Serta senantiasa melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Serta
murah hatinya terhadap sesama makhluk ciptaan Allah," jawab Jibril.
"Ceritakanlah kepada kaummu, sepanjang yang engkau lihat."
"Niscaya tidak akan percaya orang-orang Arab itu," ujar Rasul saw.
Menyahutlah Jibril, "Walaupun orang-orang Arab tidak akan mempercayaimu, dan biarkanlah pula kaum Nasrani itu mendustakanmu.”
Akhirnya mereka
berdua turun ke langit berikutnya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu
kembali dengan Nabi Musa a.s Beliau bertanya, "Apa saja yang diberikan
Tuhan kepadamu”.
Nabi saw menjawab “Shalat delapan puluh kali sehari semalam, bersama Quran sebanyak tiga puluh Juz dan (termasuk) Al Fatihah."
"Hai Muhammad,
umatmu tidak akan mampu menunaikan shalat delapan puluh kali sehari
semalam," sahut Nabi Musa as.. "Mintalah yang ringan dalam shalat."
Mendengar saran
dari Nabi Musa itu, Rasul saw menyetujuinya dan kembali lagi ke hadirat
Allah untuk mengajukan permohonan keringanan, Allah SWT berkenan untuk
mengurangi jumlah rakaat shalat menjadi lima puluh rakaat.
Dalam
perjalanan turun kembali, mereka berdua bertemu lagi dengan Nabi Musa
a.s., dan ia menanyakan mengenai hasilnya. Setelah diberitahu, Nabi Musa
as. menyarankan lagi kepada Rasul saw, agar diberi keringan lagi,
karena umatnya masih akan tetap belum sanggup. Rasul saw lagi-lagi
menerima usulan tersebut. Dan naiklah kembali ke ‘Arsy.
Di ‘Arsy, Allah
SWT kembali menerima tuntutan keringanan jumlah rakaat shalat yang
diajukan oleh Nabi saw. Saat itu rakaat shalat menjadi 45 rakaat. Namun
ada tambahan perintah, yaitu puasa di bulan Ramadhan, puasa sunat enam
hari di bulan Syawal, dan beribadah haji.
Setelah itu,
Rasul saw kembali turun hendak meneruskan perjalanannya ke bumi. Namun,
ketika berjumpa dengan Nabi Musa a.s., dan mengetahui jumlah rakaat yang
telah diterima oleh Rasulullah saw, beliau menyarankan lagi agar minta
keringanan kembali. Akan tetapi Nabi saw merasa malu untuk kembali
meminta keringanan.
Kemudian terdengar suara, "Wahai hamba-Ku, sudah layaklah ditunaikan oleh umatmu shalat lima waktu dalam sehari semalam."
Dalam
perjalanan pulang, mereka bertemu lagi dengan Nabi Adam a.s. dan Nabi
Isa a.s. Para Nabi itu meminta kepada Nabi Muhammad saw agar
menceritakan apa-apa yang telah dialaminya itu.
0 komentar:
Posting Komentar