Kisah terdahulu hikmah para Nabi utusan
Allah Subhanahu Wata’ala sepertinya sudah hampir menjadi dongeng
pengantar tidur. Seiring perubahan zaman, manusia perlahan pasti
menjauhi ajaran agama bahkan mengingkari akan janji Allah. Jangankan
untuk masalah akhirat, bencana sunnatullah saja sudah menjadi guyonan.
Lihat saja di media massa bagaimana kaum gay dan homoseksual semakin
berani untuk tampil entah dalam bentuk entertainment, maupun dalam
bentuk demonstrasi persamaan hak untuk diterima di masyarakat bahkan
menikah.
Kaum Luth seolah dibangkitkan masa
sekarang. Bertambah akal pikir, mereka bahkan mampu mencari bahasan
dalam kitab-kitab suci soal Tuhan yang mengasihi kaum homoseksual. Tuhan
memang Maha Penyayang, kalimat ini menjadikan pelaku percintaan sesama
jenis tak ragu untuk terus melanjutkan kegiatan itu.
Tak kalah heboh, negeri tetangga
Malaysia menerapkan syariat Islam konservatif juga tertampar lantaran
warganya yang juga pendeta keturunan Tionghoa nekat mengadakan resepsi
pernikahan dia dengan pasangan gaynya seperti dilansir Surat kabar the Wall Street Journal (7/8/2012).
Pendeta bernama Ngeo Boon Lin ini yakin Tuhan mengasihi siapa saja
termasuk kaum pecinta sesama jenis. Dia bahkan memberikan setiap tamu
sekotak coklat bertuliskan Tuhan mengasihi kaum gay.
Agama Yahudi malah memperbolehkan
seorang gay menjadi Rabbi. Sekte paling konservatif Masorti lewat jajak
suara tidak melarang kaum pecinta sesama jenis menjadi pemuka agama itu.
Presiden Majelis Rabbi Konservatif Israel Mauricio Balter menyatakan
dukungan atas keputusan para rahib kelompok Masorti. “Hal ini merupakan
sebuah kemajuan dalam pengembangan hukum Yahudi, kita memang seharusnya
menganggap gay dan lesbian setara manusia lainnya,” ujar Balter, seperti
dilansir surat kabar Haaretz (20/4/2012).
Jika agama saja sudah memperbolehkan
kaum gay berada di atas panggung keyakinan dengan menjadi pendeta,
ustadz, dan rabbi, tak ada alasan hukum dunia melarang percintaan sesama
jenis ini. Itu pula mendasari beberapa negara sudah mengijinkan mereka
menikah secara sah di mata hukum dan agama.
Salah satunya, Kota Seattle, Negara
bagian Washington, Amerika Serikat, menetapkan undang-undang penikahan
sesama jenis. Keputusan ini langsung disambut gembira kaum gay
ramai-ramai menikah. Tercatat 133 pasangan gay disahkan oleh hukum
seperti dilansir kantor berita Reuters. Balai Kota Seattle menyambut
gembira pengantin gay berparade di jalanan. Mereka melempari beras,
gelembung balon, dan bunga ke arah mereka. “Ini artinya saya bisa
menggunakan kata suami tanpa perlu menjelaskan atau ditanyai,” kata
Corianton Hale, 34 tahun. Hale menikahi Keith Bacon, 44 tahun
(19/4/2012).
Dua gay muslim asal Prancis yakni
Ludovic Muhammad Zahid dan Qiyam al-Din menikah di Afrika Selatan sesuai
syariah Islam, seperti dilansir Al Arabiya (9/4). Penghulunya
Ustadz Jamal asal Mauritania juga kaum homoseksual. Ibu Kota Johanesburg
memang telah mensahkan pernikahan sesama jenis. Naudzubillahi.. Bacalah
kembali Kisah ini, dan mohonlah kepada Allah Ta’ala semoga kita dan
anak keturunan kita tdk menjadi penerus Kaum SODOM ini. Aaaamiin.
Nabi Luth ‘alaihissalam berhijrah bersama pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menuju
Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke
Palestina. Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin
kepada pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk pergi menuju
negeri Sadum (di dekat laut mati di Yordan) karena Allah telah
memilihnya sebagai Nabi-Nya dan Rasul-Nya yang diutus kepada negeri
tersebut, maka Nabi Ibrahim mengizinkannya dan Nabi Luth pun pergi ke
Sadum serta menikah di sana.
Ketika itu, akhlak penduduknya sangat buruk sekali, mereka tidak
menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat
kemungkaran, berkhianat kepada kawan, dan melakukan penyamunan. Di
samping itu, mereka mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah
dilakukan oleh seorang pun sebelumnya di alam semesta. Mereka mendatangi
laki-laki untuk melepaskan syahwatnya dan meninggalkan wanita.
Saat itu, Nabi Luth ‘alaihissalam mengajak penduduk Sadum untuk beriman dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,
“Mengapa kamu tidak bertakwa?”–
Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku
sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis
laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang
dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 160-161)
Tetapi kaum Luth tidak peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong terhadapnya serta mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak
putus asa, ia tetap bersabar mendakwahi kaumnya; mengajak mereka dengan
bijaksana dan sopan, ia melarang dan memperingatkan mereka dari
melakukan perbuatan munkar dan keji. Akan tetapi, kaumnya tidak ada yang
beriman kepadanya, dan mereka lebih memilih kesesatan dan kemaksiatan,
bahkan mereka berkata kepadanya dengan hati mereka yang kasar, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)
Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari
kampung mereka karena memang ia adalah orang asing, maka Luth pun marah
terhadap sikap kaumnya; ia dan keluarganya yang beriman pun menjauhi
mereka.
Istrinya lebih memilih kafir dan ikut
bersama kaumnya serta membantu kaumnya mengucilkannya dan
mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala membuatkan perumpamaan,
“Allah membuat istri Nuh dan istri
Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di
bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami;
lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka
suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah;
dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS. At Tahrim: 10)
Pengkhianatan istri Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan kekafirannya dan tidak beriman kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus tiga orang malaikat dalam bentuk manusia yang rupawan, lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim ‘alaihissalammengira
bahwa mereka adalah manusia, maka Nabi Ibrahim segera menjamu mereka
dengan menyembelih seekor anak sapi yang gemuk, tetapi mereka tidak mau
makan.
Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan kepadanya anak dari istrinya, yaitu Sarah bernama Ishaq ‘alaihissalam. Para malaikat kemudian memberitahukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, bahwa mereka akan berangkat menuju negeri Sadum untuk mengazab penduduknya karena kekafiran dan kemaksiatan mereka.
Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memberitahukan,
bahwa di sana terdapat Luth, maka para malaikat pun menenangkannya
dengan memberitahukan, bahwa Allah akan menyelamatkan dia dan
keluarganya selain istrinya yang kafir.
Para malaikat pun keluar dari rumah
Ibrahim dan pergi menuju negeri Sadum, hingga mereka sampai di rumah
Luth dan mereka datang sebagai para pemuda yang tampan. Saat Nabi Luth ‘alaihissalam melihat
mereka, maka Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka, dan tidak ada
yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth, hingga
akhirnya istrinya keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaumnya
tentang kedatangan tamu-tamu Nabi Luth yang rupawan.
Maka kaumnya pun datang dengan bergegas
menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji
dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat
pintu rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta
Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari mereka berharap dapat
bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu,
lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi
mereka dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya
mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu,–Dan
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Nabi Luth juga mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhnahu wa Ta’ala telah
menciptakan wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan
syahwatnya, akan tetapi kaum Luth tetap ingin masuk ke rumahnya. Ketika
itu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak mendapati seorang yang
berakal dari kalangan mereka yang dapat menerangkan kesalahan mereka dan
akhirnya Nabi Luth merasakan kelemahan menghadapi mereka sambil
berkata, ““Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan).” (QS. Huud: 80)
Saat itulah, para tamu Nabi Luth
memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka bukan
manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya
yang fasik itu.
Tidak berapa lama, kaum Luth mendobrak
pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang
malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan
sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat
meminta Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari,
karena azab akan menimpa mereka di pagi hari. Mereka juga menasihatinya
agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun,
agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi Luth ‘alaihissalam dan
keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum. Setelah mereka pergi
meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah mengirimkan kepada
mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.
Saat itu, negeri tersebut bergoncang
dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan
ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri
itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian
mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala
berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum
Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang
zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya.
Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi
teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya
menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang
setelahnya. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Terj. Adz Dzaariyat: 37)
Dalam berbagai penelitian yang
dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini
adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut
Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan
Yordania.
Keberadaan umat Nabi Luth di sekitar
laut mati ini diperkuat dengan ulasan National Geographic edisi Desember
1957. ”Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di
atas Laut Mati. Belum pernah seorang pun menemukan Kota Sodom dan
Gomorah yang dihancurkan, namum para akademisi percaya bahwa mereka
berada di Lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini.
Kemungkinan air bah dari Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi.”
Setelah sekian lama tidak ada kabarnya
tentang keberadaan umat Nabi Luth, pada tahun 1967 ahli purbakala
lainnya, Paul Lapp dan Thomas Schaub, melakukan penggalian kembali di
sekitar Laut Mati. Dan kemudian, penggalian diteruskan oleh Werner
Keller, seorang ahli arkeologi asal Jerman di sekitar Laut Mati
.
Kisah-kisah Nabi Luth dapat dilihat di
beberapa tempat dalam Al Qur’an, di antaranya : QS. Al A’raaf: 80-84,
QS. Hud: 69-83, QS. Al Hijr: 51-77, QS. Asy Syu’araa’: 160-175, QS. An
Naml: 54-58, QS. Al ‘Ankabut: 28-35, QS. Ash Shaaffaat: 133-138, QS.
Adz Dzaariyat: 31-37, dan QS. Al Qamar: 33-40.
Ya Allah ampunilah kami, sadarkanlah mereka kaum LGBT. Amin...
BalasHapus