Di
suatu musim panas Nashruddin Hoja pergi ke suatu desa dengan
mengendarai keledainya. Karena lelah ia berhenti dan bernaung di bawah
sebatang pohon korma dan mengikatkan keledainya pada batang pohon korma
yang lain. Di keteduhan pohon korma itu Nashruddin duduk-duduk santai, dan sambil beristirahat ia mengeringkan
keringatnya yang bercucuran akibat cuaca yang cukup panas. Dan dalam
pada itulah ia melihat rerimbunan pohon labu yang tumbuh subur di
sekitar batang-batang korma tersebut. Dengan hati yang takjub Nashruddin
merenung keadaan dua macam tetumbuhan yang berbeda tersebut. Nashruddin
berkata dalam hatinya: “Subhanallah, wahai Tuhanku mengapa Engkau menciptakan batang pohon labu yang buahnya besar-besar ini hanya seukuran
benang yang kasar, sedangkan korma yang kecil-kecil Engkau berikan
batang yang besarnya kadang-kadang lebih dari sepelukkanku.”
Baru
saja Nashruddin membathin dengan hatinya, tiba-tiba beberapa butir
korma yang sudah tua jatuh menimpa kepalanya. Nashruddin terkejut lalu
melepas surbannya dan meraba kepalanya yang setengah botak. Kemudian
buru-buru ia beristigfar dan berkata: “Ya Allah, sungguh aku
bertaubat kepadamu dan tidak akan turut campur lagi dalam uruusan-Mu
menciptakan alam semesta ini. Segala yang engkau ciptakan tentulah
mengandung hikmah dan rahasia yang besar, dan itu hanya bisa diketahui
oleh orang-orang yang mengalaminya. Andai saja buah-buah korma itu
sebesar labu yang Engkau ciptakan, maka pastilah kepalaku remuk dan
akupun mati dalam kebodohan.” Kemudian Nashruddin buru-buru melanjutkan perjalanannya.
0 komentar:
Posting Komentar