Alkisah,
ada seorang petani yang berniat menjual sekarung gandum ke pasar. Ketika karung
tersebut dimuatkan ke atas untanya, karung itu selalu terjatuh. Setelah berpikir keras, lalu di-isinya sebuah
karung yang lain dengan pasir untuk penyeimbang sekarung gandum yang akan
dijualnya. Petani itu merasa bahagia lantaran telah menemukan sesuatu sebagai
jalan keluarnya. Dengan sekarung gandum dan sekarung pasir itulah ia berangkat
ke pasar.
Ditengah
perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang tampak miskin, bertubuh kurus,
berpakaian lusuh dan tidak pula bersepatu. Kemudian secara bersamaan mereka
duduk untuk beristirahat. Dalam percakapannya dengan orang tersebut si petani
mengetahui, bahwa sesungguhnya orang itu adalah orang yang pintar dan bijak.
Orang itu banyak mengetahui persoalan-persoalan yang ada. Ia juga mengenal
tokoh-tokoh kenamaan dinegeri itu. Memiliki gagasan-gagasan besar dan
brilliant. Si petani sangat kagum padanya. Orang miskin itu kemudian bertanya kepada si petani
tentang barang bawaannya dan tentu saja petani itu menjawab apa adanya.
Kemudian orang itu berkata kepada si petani: “Mengapa tak kau bagi saja
gandum itu menjadi dua karung ?. Bukankah dengan cara demikian kau tak perlu
membawa pasir dengan sia-sia ?.”
Mendengar
saran itu, si petani semakin kagum dengan orang tersebut, sebab ia tak pernah
berpikir sejauh itu. Akan tetapi sejenak petani itu sadar akan keadaan yang
sesungguhnya dari orang miskin itu , petani itu bertanya: “Apakah dengan kepintaran
dan pengetahuan yang kau miliki itu engkau punya pekerjaan tetap ?” Orang
itu menggeleng dan menjelaskan, bahwa kepintarannya itu telah memberinya sakit
kepala dan khayalan-khayalan hampa.
Demi
mendengar penuturan itu kekaguman si petani berubah menjadi kekesalan. Ia
berkata kepada orang tersebut: “Pergilah menjauh dariku, karena betapapun
ketololanku, aku telah mendapatkan hidup dan kehidupan darinya. Sedangkan
engkau, apa yang telah kau perbuat dengan kepintaranmu ?”
0 komentar:
Posting Komentar