Tahun ke-tujuh
sebelum hijrah.... Ketika itu Rasulullah SAW sedang
susah kerana tindakan kaum Qurasy yang menyakiti baginda dan para sahabat....
Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan baginda senantiasa harus bersabar....
Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba baginda didatangkan dengan khabar
gembira... berita mengabarkan kepada beliau, “Ummu Aiman melahirkan seorang
bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah berseri-seri karena gembira menyambut berita
tersebut....
Siapakah bayi itu ? Sehingga, kelahirannya dapat mengubati hati Rasulullah SAW yang sedang berduka, berubah menjadi gembira ? .... Dialah, Usamah bin Zaid.
Para sahabat tidak merasa pelik bila melihat Rasulullah gembira dengan kelahiran bayi yang baru itu. Karena, mereka mengetahui kedudukan kedua orang tua bayi itu di sisi Rasulullah..... Ibu bayi tersebut ialah seorang wanita Habsyi yang diberkati, terkenal dengan panggilan “Ummu Aiman”(Barakah)....
Siapakah bayi itu ? Sehingga, kelahirannya dapat mengubati hati Rasulullah SAW yang sedang berduka, berubah menjadi gembira ? .... Dialah, Usamah bin Zaid.
Para sahabat tidak merasa pelik bila melihat Rasulullah gembira dengan kelahiran bayi yang baru itu. Karena, mereka mengetahui kedudukan kedua orang tua bayi itu di sisi Rasulullah..... Ibu bayi tersebut ialah seorang wanita Habsyi yang diberkati, terkenal dengan panggilan “Ummu Aiman”(Barakah)....
Ummu Aiman
adalah bekas orang gajian ibunda
Rasulullah Aminah binti Wahab.... Dialah yang mengasuh Rasulullah sewaktu kecil,
selama ibunya masih hidup...dan dia juga lah yang mejaga Baginda sesudah ibunda
wafat sehingga Rasulullah berkahwin dengan Khadijah..
Rasulullah
menyayangi Ummu Aiman, sebagaimana layaknya sayangnya seorang anak kepada
ibunya.... Baginda sering berucap, “Ummu Aiman adalah ibuku... satu-satunya
sesudah ibu kandung ku wafat, dan satu-satunya keluargaku yang masih ada.”
Adapun bapa kepada bayi itu adalah bekas orang gajian (hamba) kesayangan Rasulullah, Zaid bin Haritsah.... Rasulullah kemudian mengisytiharkan Zaid merdeka dan sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam... Dia menjadi sahabat baginda dan tempat mempercayakan segala rahasia.... Dia juga menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga baginda dan orang yang sangat dikasihi dalam Islam....
Kaum muslimin turut bergembira dengan kelahiran Usamah bin Zaid, melebihi kegembiraan mereka atas kelahiran bayi-bayi lainnya.... Hal itu biasa terjadi, kerana tiap-tiap sesuatu yang disukai Rasulullah juga disukai oleh mereka.... Bila baginda bergembira mereka pun turut bergembira... Bayi yang sangat beruntung itu mereka panggil “Al-Hibb wa Ibn Hibb” (kesayangan anak kesayangan)... Kaum muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yang masih bayi itu dengan panggilan tersebut.... Kerana, Rasulullah memang sangat menyayangi Usamah.
Adapun bapa kepada bayi itu adalah bekas orang gajian (hamba) kesayangan Rasulullah, Zaid bin Haritsah.... Rasulullah kemudian mengisytiharkan Zaid merdeka dan sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam... Dia menjadi sahabat baginda dan tempat mempercayakan segala rahasia.... Dia juga menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga baginda dan orang yang sangat dikasihi dalam Islam....
Kaum muslimin turut bergembira dengan kelahiran Usamah bin Zaid, melebihi kegembiraan mereka atas kelahiran bayi-bayi lainnya.... Hal itu biasa terjadi, kerana tiap-tiap sesuatu yang disukai Rasulullah juga disukai oleh mereka.... Bila baginda bergembira mereka pun turut bergembira... Bayi yang sangat beruntung itu mereka panggil “Al-Hibb wa Ibn Hibb” (kesayangan anak kesayangan)... Kaum muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yang masih bayi itu dengan panggilan tersebut.... Kerana, Rasulullah memang sangat menyayangi Usamah.
Usamah sebaya dengan cucu Rasulullah, Hasan.....
Hasan berkulit putih tampan, sangat mirip dengan datuknya, Rasulullah SAW...sementara
Usamah kulitnya hitam, hidungnya pesek,
sangat mirip dengan ibunya wanita Habsyi.... Namun, kasih sayang Rasulullah
kepada keduanya tiada berbeza.... Beliau sering mengambil Usamah, lalu
meletakkan di salah satu pahanya.... Kemudian, diambilnya pula Hasan, dan
diletakkannya di paha yang satunya lagi... Kemudian, kedua2 anak itu dirangkul
bersama-sama ke dadanya, seraya berkata, “Ya Allah, saya menyayangi kedua anak
ini, maka sayangi lah pula akan mereka!”
Begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah, pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah.... Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah, tetapi Aisyah tidak mampu melakukannya.... baginda sendiri mendapatkan Usamah, lalu baginda hisap darah yang keluar dari lukanya dan diludahkannya.... Sesudah itu, baginda memujuk Usamah dengan kata-kata manis yang menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali....
Sebagaimana Rasulullah menyayangi Usamah waktu kecil, baginda juga tetap menyayanginya ketika dia dewasa.... Hakam bin Hizam, seorang pemimpin Qurasy, pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah SAW... Hakam membeli pakaian itu di Yaman dengan harga lima puluh dinar emas dari Yazan, seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam, sebab ketika itu dia masih musyrik.... Lalu, pakaian itu dibeli oleh baginda dan hanya dipakainya sekali ketika hari Jumat... Pakaian itu kemudiannya diberikan kepada Usamah.... Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya.
Ketika Usamah meningkat remaja, sifat-sifat dan pekerti yang mulia sudah kelihatan pada dirinya, yang memang layak menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah.... Dia cerdik dan pintar, bijaksana dan pandai, takwa dan wara’....bahkan dia senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah SAW. Beserta serombongan pemuda2 sebayanya,terdiri dari putra-putra para sahabat... Mereka ingin turut jihad fi-sabilillah. ...Sebahagian mereka diterima Rasulullah dan sebahagian lagi ditolak karena usianya masih sangat muda.... Usamah bin Zaid termasuk kelompok pemuda2 yang tidak diterima. ...Karena itu, Usamah pulang sambil menangis.... Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan untuk turut berperang di bawah bendera Rasulullah SAW.
Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang lagi bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. ....Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya untuk ikut berperang.... Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut berperang.... Kerana itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang pedang,.. jihad fi-sabilillah.... Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.
Ketika terjadi Perang Hunain,.. tentara muslimin terdesak sehingga barisan hadapannya menjadi kacau bailau. ...Tetapi, Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama dengan ‘Abbas (bapa saudara Rasulullah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia... Dengan kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kepincangan para sahabatnya kepada kemenangan..... Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yang lari dari di kejar kaum musyrikin.
Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di bawah pimpinan perang ayahnya, Zaid bin Haritsah.... Ketika itu umurnya kira-kira lapan belas tahun.
Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bila mana ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada.... Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur.... Bahkan, dia terus bertempur tanpa henti di bawah komandan Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya juga.... Usamah menyerbu di bawah komandan Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini juga gugur menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komandan tentera islam diambil alih oleh Khalid bin Walid,.... Usamah bertempur di bawah komandan Khalid.... Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentera Rom.
Selesai peperangan, Usamah kembali ke Madinah dengan menyerahkan berita kematian ayahnya kepada Allah SWT... Jasad ayahnya ditinggalkan dan dimakamkam di bumi Syam (Syiria) sebagai mengenang segala kebaikannya ....
Pada tahun ke-sebelas (11) hijrah ...Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentera untuk memerangi pasukan Rom.... Dalam pasukan itu terdapat antara lainnya, Abu Bakar As-Sidiq, Umar Al-Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yang tua-tua (senior).
Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaid yang masih remaja menjadi panglima seluruh pasukan yang akan diberangkatkan.... Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun. Beliau memerintahkan Usamah supaya berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah, termasuk wilayah kekuasaan Rom.
Ketika bala tentera sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat, Rasulullah SAW jatuh sakit dan kian hari sakitnya semakin tenat.... Kerana sebab itu, keberangkatan pasukan ditangguhkan sementara menunggu keadaan Rasulullah pulih.
Kata Usamah, “Ketika sakit Rasulullah bertambah berat, saya datang menghadap baginda, setelah saya masuk, saya dapati baginda sedang diam tidak berkata-kata karena kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba baginda mengangkat tangan dan meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu baginda memanggilku.”
Tidak berapa lama kemudian Rasulullah pulang ke rahmatullah (wafat). Abu Bakar As-Sidiq kemudian terpilih dan dilantik menjadi khalifah.... Khalifah Abu Bakar meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, sesuai dengan rencana awal yang telah digariskan Rasulullah.... Tetapi, sekelompok kaum Ansar menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. ...Mereka meminta Umar Al-Khattab berbincang dengan Khalifah Abu Bakar.
Kata mereka, “Jika khalifah tetap berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya, kami mengusulkan panglima pasukan (Usamah) yang masih remaja ditukar dengan tokoh yang lebih tua dan berpengalaman.”
Mendengar ucapan Umar yang menyampaikan usul dari kaum Ansar itu, Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dengan marah, “Hai putra Khattab ! Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu itu. Kini engkau menyuruhku membatalkan keputusan Rasululllah ??... Demi Allah, tidak akan aku lakukan begitu!”
Bila Umar kembali kepada orang banyak, mereka menanyakan bagaimana hasil perbincangan dengan khalifah tentang usul mereka. Kata Umar, “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah, belaiu menolak ,malahan saya di marahi pula.... Saya dikatakan berani untuk membatalkan keputusan Rasulullah. " Maka, pasukan tentara muslimin pun berangkat di bawah pimpinan panglima yang masih muda remaja, Usamah bin Zaid. ....Khalifah Abu Bakar turut menghantarkannya berjalan kaki, sedangkan Usamah menunggang Kuda.
Kata Usamah, “Wahai Khalifah Rasulullah! Anda sajalah yang menaiki kuda ini... Biarlah saya turun dan berjalan kaki. “
Jawab Abu Bakar, “Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak mahu menaiki kuda! Biarlah kaki saya kotor, sementara mengantar engkau berjuang fi-sabilillah! Saya titipkan engkau, agama engkau, kesetiaan engkau, dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah.....Saya berwasiat kepada engkau, laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!”
Kemudian, Khalifah Abu Bakar lebih mendekat kepada Usamah. Katanya, “Jika engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya.... Izinkanlah dia tinggal untuk membantu saya.." Usamah kemudian mengizinkannya...
Usamah terus maju membawa pasukan tentara yang dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah kepadanya dilaksanakan sebaik-baiknya.... Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum, (termasuk daerah Palestina), Usamah berhenti dan memerintahkan tenteranya berkemah...Dari situ beliau merangka stratergi dan dengan kebijaksanaan motivasi beliau, Kehebatan Rom dapat dihapuskan dari hati kaum muslimin.
Lalu, dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam (Syiria) dan Mesir...
Usamah berhasil kembali dari medan perang dengan kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yang banyak, melebihi perkiraan yang diduga orang.... Sehingga, orang mengatakan, “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaid.”
Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena, dia senantiasa mengikuti sunah Rasulullah dengan sempurna dan memuliakan peribadi Rasulullah.
Begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah, pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah.... Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah, tetapi Aisyah tidak mampu melakukannya.... baginda sendiri mendapatkan Usamah, lalu baginda hisap darah yang keluar dari lukanya dan diludahkannya.... Sesudah itu, baginda memujuk Usamah dengan kata-kata manis yang menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali....
Sebagaimana Rasulullah menyayangi Usamah waktu kecil, baginda juga tetap menyayanginya ketika dia dewasa.... Hakam bin Hizam, seorang pemimpin Qurasy, pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah SAW... Hakam membeli pakaian itu di Yaman dengan harga lima puluh dinar emas dari Yazan, seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam, sebab ketika itu dia masih musyrik.... Lalu, pakaian itu dibeli oleh baginda dan hanya dipakainya sekali ketika hari Jumat... Pakaian itu kemudiannya diberikan kepada Usamah.... Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya.
Ketika Usamah meningkat remaja, sifat-sifat dan pekerti yang mulia sudah kelihatan pada dirinya, yang memang layak menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah.... Dia cerdik dan pintar, bijaksana dan pandai, takwa dan wara’....bahkan dia senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah SAW. Beserta serombongan pemuda2 sebayanya,terdiri dari putra-putra para sahabat... Mereka ingin turut jihad fi-sabilillah. ...Sebahagian mereka diterima Rasulullah dan sebahagian lagi ditolak karena usianya masih sangat muda.... Usamah bin Zaid termasuk kelompok pemuda2 yang tidak diterima. ...Karena itu, Usamah pulang sambil menangis.... Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan untuk turut berperang di bawah bendera Rasulullah SAW.
Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang lagi bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. ....Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya untuk ikut berperang.... Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut berperang.... Kerana itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang pedang,.. jihad fi-sabilillah.... Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.
Ketika terjadi Perang Hunain,.. tentara muslimin terdesak sehingga barisan hadapannya menjadi kacau bailau. ...Tetapi, Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama dengan ‘Abbas (bapa saudara Rasulullah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia... Dengan kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kepincangan para sahabatnya kepada kemenangan..... Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yang lari dari di kejar kaum musyrikin.
Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di bawah pimpinan perang ayahnya, Zaid bin Haritsah.... Ketika itu umurnya kira-kira lapan belas tahun.
Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bila mana ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada.... Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur.... Bahkan, dia terus bertempur tanpa henti di bawah komandan Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya juga.... Usamah menyerbu di bawah komandan Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini juga gugur menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komandan tentera islam diambil alih oleh Khalid bin Walid,.... Usamah bertempur di bawah komandan Khalid.... Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentera Rom.
Selesai peperangan, Usamah kembali ke Madinah dengan menyerahkan berita kematian ayahnya kepada Allah SWT... Jasad ayahnya ditinggalkan dan dimakamkam di bumi Syam (Syiria) sebagai mengenang segala kebaikannya ....
Pada tahun ke-sebelas (11) hijrah ...Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentera untuk memerangi pasukan Rom.... Dalam pasukan itu terdapat antara lainnya, Abu Bakar As-Sidiq, Umar Al-Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yang tua-tua (senior).
Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaid yang masih remaja menjadi panglima seluruh pasukan yang akan diberangkatkan.... Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun. Beliau memerintahkan Usamah supaya berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah, termasuk wilayah kekuasaan Rom.
Ketika bala tentera sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat, Rasulullah SAW jatuh sakit dan kian hari sakitnya semakin tenat.... Kerana sebab itu, keberangkatan pasukan ditangguhkan sementara menunggu keadaan Rasulullah pulih.
Kata Usamah, “Ketika sakit Rasulullah bertambah berat, saya datang menghadap baginda, setelah saya masuk, saya dapati baginda sedang diam tidak berkata-kata karena kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba baginda mengangkat tangan dan meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu baginda memanggilku.”
Tidak berapa lama kemudian Rasulullah pulang ke rahmatullah (wafat). Abu Bakar As-Sidiq kemudian terpilih dan dilantik menjadi khalifah.... Khalifah Abu Bakar meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, sesuai dengan rencana awal yang telah digariskan Rasulullah.... Tetapi, sekelompok kaum Ansar menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. ...Mereka meminta Umar Al-Khattab berbincang dengan Khalifah Abu Bakar.
Kata mereka, “Jika khalifah tetap berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya, kami mengusulkan panglima pasukan (Usamah) yang masih remaja ditukar dengan tokoh yang lebih tua dan berpengalaman.”
Mendengar ucapan Umar yang menyampaikan usul dari kaum Ansar itu, Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dengan marah, “Hai putra Khattab ! Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu itu. Kini engkau menyuruhku membatalkan keputusan Rasululllah ??... Demi Allah, tidak akan aku lakukan begitu!”
Bila Umar kembali kepada orang banyak, mereka menanyakan bagaimana hasil perbincangan dengan khalifah tentang usul mereka. Kata Umar, “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah, belaiu menolak ,malahan saya di marahi pula.... Saya dikatakan berani untuk membatalkan keputusan Rasulullah. " Maka, pasukan tentara muslimin pun berangkat di bawah pimpinan panglima yang masih muda remaja, Usamah bin Zaid. ....Khalifah Abu Bakar turut menghantarkannya berjalan kaki, sedangkan Usamah menunggang Kuda.
Kata Usamah, “Wahai Khalifah Rasulullah! Anda sajalah yang menaiki kuda ini... Biarlah saya turun dan berjalan kaki. “
Jawab Abu Bakar, “Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak mahu menaiki kuda! Biarlah kaki saya kotor, sementara mengantar engkau berjuang fi-sabilillah! Saya titipkan engkau, agama engkau, kesetiaan engkau, dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah.....Saya berwasiat kepada engkau, laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!”
Kemudian, Khalifah Abu Bakar lebih mendekat kepada Usamah. Katanya, “Jika engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya.... Izinkanlah dia tinggal untuk membantu saya.." Usamah kemudian mengizinkannya...
Usamah terus maju membawa pasukan tentara yang dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah kepadanya dilaksanakan sebaik-baiknya.... Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum, (termasuk daerah Palestina), Usamah berhenti dan memerintahkan tenteranya berkemah...Dari situ beliau merangka stratergi dan dengan kebijaksanaan motivasi beliau, Kehebatan Rom dapat dihapuskan dari hati kaum muslimin.
Lalu, dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam (Syiria) dan Mesir...
Usamah berhasil kembali dari medan perang dengan kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yang banyak, melebihi perkiraan yang diduga orang.... Sehingga, orang mengatakan, “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaid.”
Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena, dia senantiasa mengikuti sunah Rasulullah dengan sempurna dan memuliakan peribadi Rasulullah.
0 komentar:
Posting Komentar