Jumat, 25 Juli 2014

Kisah 2 Saudara Penyembah Api








Pada zaman Malik bin Dinar ada dua orang bersaudara yang beragama Majusi. Kakaknya telah menyembah api selama 73 tahun, sedangkan adiknya telah menyembah api selama 35 tahun. Lalu adiknya berkata kepada kakaknya.
Adik: “Mari kita mencoba api yang kita sembah-sembah, apakah ia menghormati kita atau membakar kita sebagaimana ia membakar kepada orang yang tidak mau menyembahnya. Jika ternyata api itu menghormati kita maka kita menyembahnya, dan jika tidak maka tidak usah kita sembah.”
Kakak: “Baiklah!” Lalu keduanya menyalakan api.
Adik: “Apakah engkau dulu yang meletakkan tanganmu atau saya?”
Kakak: “ Engkau saja yang mencoba meletakkannya.”
Lalu adiknya meletakkan tangannya di atas api, maka terbakarlah jari-jarinya dan iapun mengeluh seraya berkata “Aduuuh!” sambil melepaskan tangannya dari api, dan mengatakan “Hai api, aku telah menyembahmu selama 35 tahun, tetapi kamu masih menyakiti aku.” Kemudian ia berkata kepada kakaknya.
Adik: “ Kakak kemarilah, mulai sekarang aku akan menyembah Tuhan Allah Yang Maha Esa. Andaikata aku berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya selama 500 tahun umpamanya, maka Dia tetap berkenan melewatkan siksaannya dari kita, dan mau mengampuni dosa kita karena keta’atan satu jam dan memohon ampun sekali saja.”
Kakak: “ Jika demikian, marilah kita pergi mencari orang yang mau menunjukkan jalan yang benar dan mengajarkan agama Islam kepada kita.”
Maka pendapat keduanya sepakat untuk pergi menjumpai Malik bin Dinar agar beliau menjelaskan agama Islam. Keduanya terus berangkat mendatangi Malik bin Dinar, kebetulan keduanya dapat menjumpai beliau di pertengahan kota Bashrah yang sedang duduk dikerumuni orang banyak, beliau sedang mengajar dan menasehati mereka. Setelah keduanya melihat Malik bin Dinar, maka kakaknya berkata kepada adiknya.
Kakak: “ Terus terang saja aku tidak akan masuk islam. Sebab umurku telah terlampau banyak untuk menyembah api. Jadi kalau aku masuk islam dan kembali kepada agama Islam dan agama Muhammad, maka keluargaku dan tetanggaku pasti akan menegurku. Sedangkan aku lebih mencintai api daripada teguran mereka.”
Adik: ‘Jangan engkau perbuat, sebab teguran mereka benar-benar akan sirna sedangkan api neraka itu selamanya tidak akan sirna.”
Ternyata kakaknya sudah tidak mau memperhatikan saran adiknya.
Adiknya lalu berkata kepada kakaknya : “Silakan engkau tetap dalam kelakuanmu, engkau memang anak orang celaka dan memang orang celaka dan kerusakan dunia akhirat.” Ternyata kakaknya pulang kembali dan tidak mau masuk islam. Akhirnya keduanya berpisah. Adiknya beserta anak-anak dan istrinya lalu datang di majelis orang banyak yang sedang memperhatikan nasehat Malik bin Dinar. Mereka ikut duduk menunggu selesainya Malik bin Dinar mengajar. Seusai beliau mengajar, lalu orang muda tadi berdiri di hadapan Malik bin Dinar sambil menceritakan keadaannya selama menyembah api dan meminta agar beliau memberikan petunjuk-petunjuk agama islam kepadanya beserta anak dan istrinya. Malik bin Dinar memberikan petunjuk-petunjuk agama islam kepadanya. Akhirnya mereka memeluk agama islam. Para manusia yang hadir di situ sama menangis semuanya karena merasa senang dan terharu. Ketika ia akan pulang maka Malik bin Dinar berkata: “Engkau tetap di sini dulu akan saya mintakan derma dari sahabat-sahabatku untuk mencukupi kebutuhanmu sekeluarga.” Maka ia menjawab: “ Aku tidak akan menjual agama dengan harta dunia.” Ia terus pergi ke tempat yang sepi. Kebetulan di situ ada rumah yang baru sekali dibangun, lalu ia tinggal di dalamnya. Pada pagi harinya istrinya berkata pada suaminya.: “Pergilah ke pasar dan carilah pekerjaan. Nanti jika sudah mendapatkan upah untuk membeli sesuatu yang akan kita makan.” Ia lalu pergi ke pasar tetapi tidak ada seorangpun yang memberikan buruhan dan upah kepadanya. Maka iapun berkata pada dirinya, kalau begini aku akan bekerja pada Allah Ta’ala. Ia lalu masuk masjid yang sudah tidak pernah dipergunakan berjamaah, ia terus shalat di dalamnya sampai malam. Kemudian ia pulang ke rumahnya dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa. Istrinya bertanya: “ Apakah hari ini engkau tidak memperoleh apa-apa?” Ia menjawab: “Hai istri, hari ini aku bekerja pada seorang raja, tetapi dia belum memberikan sesuatu kepadaku, semoga besok padi dia akan memberi kepadaku.” Jadi semalam mereka kelaparan. Pagi harinya ia pergi lagi ke pasar. Tetapi juga tidak mendapat pekerjaan. Ia terus pergi ke masjid lagi dan melakukan shalat sampai malam karena Allah Ta’ala, kemudian ia pulang ke rumahnya juga dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa. Istrinya bertanya kepadanya: “Apakah hari ini engkau juga tidak mendapatkan apa-apa?” Ia menjawab: “ Hari ini aku bekerja kepada seorang raja seperti yang aku kerjakan kemarin, semoga dia akan memberikan upah besuk pagi, yaitu hari jumat.” Jadi anak dan istrinya tetap kelaparan. Setelah pagi yaitu hari jumat ia pergi ke pasar lagi juga tidak memperoleh pekerjaan. Maka ia terus ke masjid itu, lalu shalat dua rakaat, kemudian ia mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa: “Wahai Tuhanku, junjunganku dan kekasihku! Engkau benar-benar telah memuliakan aku dengan agama islam dan memakaikan mahkota padaku dengan mahkota islam serta memberikan petunjuk kepadaku dengan mahkota petunjuk. Maka dengan kemuliaan agama yang engkau limpahkan kepadaku, dan demi kemuliaan hari yang penuh berkah lagi mulia dan yang agung pangkatnya di sisi-Mu yaitu hari jumat, aku memohon kepadaMu semoga Engkau berkenan melenyapkan kesibukan belanja keluargaku dari hatiku, dan semoga Engkau berkenan melimpahkan rizki kepadaku yang tidak tersangka-sangka datangnya. Demi Allah, sesungguhnya aku ini malu terhadap keluargaku dan tanggunganku (istri dan anak-anakku) dan aku khawatir terhadap berubahnya tingkah mereka itu karena baru saja memeluk islam.” Kemudian ia berdiri dan sibuk melakukan shalat dan ia shalat dua rakaat. Setelah tiba waktu pertengahan siang, seorang yang masih muda itu keluar untuk berjumatan, dimana anak-anaknya masih dalam keadaan sangat lapar. Setelah ia pergi, tiba-tiba rumahnya didatangai tamu seorang laki-laki seraya mengetuk pintu. Istrinya lalu keluar, ternyata yang mengetuk pintu itu adalah seorang pemuda yang bagus rupanya, tangannya menggenggam uang emas yang dibungkus dengan sapu tangan. Tamu itu lalu berkata pada wanita: Ambillah bungkusan ini dan katakan kepada suamimu bahwa ini adalah upah kerjanya selama dua hari. Dan hendaklah ia menambah pekerjaannya nanti upah juga akan saya tambah, terutama tambahan pekerjaan pada hari jumat ini. Karena sesungguhnya amal sedikit pada hari jumat ini menurut Raja Yang Maha Kuasa dianggap banyak. Wanita itu lalu mengambil bungkusannya, setelah dibuka ternyata berisi uang 1000 (seribu) dinar dan ia hanya mengambil satu dinar, lalu ia bawa kepada tukang real yang beragama Nasrani. Tukang real itu lalu menimbang uangnya, setiap satu mitsqal ternyata bobotnya bertambah dua mitsqal. Setelah ia melihat capnya, ternyata bukan dinar dunia. Jadi tukang real itu tahu bahwa uang dinar itu merupakan hadiah dari akhirat. Maka ia bertanya kepada wanita itu: “ Dari mana engkau mendapatkan dinar ini?” Lalu wanita tadi menceritakan semua ihwal suaminya mulai awal sampai akhir. Setelah ia mendengarkan keterangan wanita tadi, lalu ia berkata kepadanya: “Tunjukkanlah kepadaku tentang islam.” Setelah dijelaskan ia masuk islam dan memberikan uang sebesar 1000 (seribu) dirham kepada wanita seraya berkata: “ Uang 1000 (seribu) dirham ini engkau belanjakan unuk keluargamu, dan jika sudah habis beritahukanlah kepadaku.” Maka setelah lelaki muda suami wanita iu selesai shalat lalu ia pulang dengan tangan kosong, dan ia membuka sapu tangannya dipenuhi dengan debu sambil berkata dalam hatinya: “ kalau nanti istriku bertanya engkau membawa apa, akan kujawab membawa tepung.” Setelah ia sampai di rumahnya, ia melihat lambaran yang sudah disediakan dan berbau makanan. Ia lalu meletakkan sapu tangan didekat pintu agar istrinya tidak tahu. Kemudian ia berkata kepada istrinya tentang kejadian apa yang dilihat di rumah. Maka istrinya menceritakannya secara lengkap. Suaminya terus bersujud syukur kepada Allah Ta’ala. Istrinya bertanya: “Apa yang engkau bawa dalam sapu tangan ini?” Jawabnya: “Tidak perlu anda tanyakan kepadaku.” Istrinya lalu mengambil sapu tangan dan membukanya, maka tiba-tiba debu tadi telah berubah menjadi tepung dengan izin Allah Ta’ala. Maka lelaki muda itu terus bersujud syukur kepada Allah, dan terus tekun beribadah kepada Allah Ta’ala hingga mati.
Al Faqih berkata: Angkatlah kedua tanganmu ke langit dan berdo’alah dengan kemuliaan hari jumat:
Ighfirlanaa dhunuubanaa waksyif’annaa kurbatanaa
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan bukakanlah kesempitan kami.”
Orang muda itu ketika berdoa kepada Allah dan memohon syafa’at kepadaNya dengan hak hari jumat, maka hajat kebutuhannya dikabulkan dan diberi rizki oleh Allah dengan tidak tersangka-sngka datangnya. Maka demikian pula kami, apabila kami berdoa pada hari jumat semoga Allah memenuhi kebutuhan kami, karena Dialah Maha Belas Kasihan dan Penyayang dan Tuhan Yang Maha Derma.

Selasa, 08 Juli 2014

Kisah Jibril Menyumpalkan Tanah Ke Mulut Firaun







Al Qur’an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir’aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran. Al Qur’an juga menyampaikan kepada kita tentang turunnya adzab Alloh kepadanya dan bala tentaranya. Manakala turunnya adzab Alloh kepadanya dan bala tentaranya. Manakala Alloh menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan. Jibril telah memberitahu Rosululloh SAW bahwa pada saat Fir’aun tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil.” Jibril menyumpal mulutnya dengan lumpur laut, sehingga dia tidak bisa berucap kalimat tauhid, karena takut dia meraih rahmat Alloh dan taubatnya diterima.
Apa yang dilakukan oleh Jibril tidak lain karena kebenciannya yang sangat besar terhadap thaghut yang tenggelam dalam kekufuran dan kerusakan ini. Dia memerangi Islam dan memfitnah orang-orang beriman.
Mungkin ada yang berkata, “Apa ruginya Jibril kalau Alloh memberi rahmat kepada Fir’aun dan mengampuninya?” jawabnya adalah bahwa seorang hamba sampai pada keadaan membenci orang-orang zalim dimana dia berdoa kepada Alloh agar taubat mereka tidak diterima dan tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Ini terjadi pada Musa. Dia berdo’a atas Fir’aun dan bala tentaranya agar Alloh mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat adzab yang pedih. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah member kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” (QS. Yunus:88)

Minggu, 06 Juli 2014

Kisah Iblis Menemui Ajal








Abu Laits Samarkandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Afnah bin Qays berkata: Saya pergi ke Madinah ingin bertemu dengan Omar bin Al Khattab RA, tiba-tiba saya bertemu dengan Ka'bul Ahbaar yang menceritakan dalam suatu majlis, "Ketika Adam AS sedang menghadapi saat kewafatan, baginda berkata: "Ya Rabbi, musuhku pasti akan mengejek padaku jika ia melihat aku telah mati, padahal ia diberi hingga hari kiamat".
Maka di jawab Allah SWT: "Hai Adam, kamu langsung menuju ke syurga, sedang si celaka (iblis) ditunda hingga hari kiamat supaya merasakan sakit maut, sebanyak makhluk yang pertama hingga yang terakhir". Lalu nabi Adam AS pun bertanya kepada malaikat Izrail: "Sebutkan kepadaku bagaimana rasa pedihnya maut". Sesudah diterangkan oleh malaikat Izrail, nabi Adam AS pun berkata: "Tuhanku, cukup!! cukup!!"
Maka gemuruhlah suara para hadirin berkata: "Hai Abul Ishaq, ceritakan pada kami, bagaimanakah ia merasakan maut, pada mulanya Ka'abul Ahbaar menolak, tetapi kerana didesak, maka ia berkata: "Jika dunia sudah akhir dan hampir ditiup sangkakala, sedang orang ramai di pasar sedang sibuk bertengkar dan berdagang, tiba-tiba terdengarlah suarayang sangat keras di langit, sehingga separuh penduduk bumi pengsan kerananya selama tiga hari.
Bagi mereka yang tidak pengsan bingung bagaikan kambing ketakutan. Dalam keadaan hirik pikuk sedemikian, maka terdengarlah lagi satu suara gemuruh bagaikan suara halilintar yang sangat keras bunyinya, maka tidak seorangpun melainkan mati kerananya dan kesemua manusia, jin, binatang, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain makhluk mati, maka tiba giliran iblis laknatullah pula untuk merasainya.
Maka Allah SWT pun memerintahkan malaikat Izrail: "Aku telah menjadikan padamu pembantu sebanyak orang yang pertama hingga yang terakhir dan Aku telah memberikan kekuatan penduduk langit dan bumi dan kini Aku pakaikan kepadamu pakaian murka dan kemarahan, maka turunlah dengan membawa murka dan kemarahanKu kepada si celaka dan terkutuk iblis. Maka rasakan kepadanyakepedihan maut yang telah dirasakan oleh orang yang terdahulu hingga terakhir dari jin dan manusia, berlipat-lipat ganda, dan hendaknya kamu membawa tujuh puluh ribu malaikat yang kesemuanya penuh rasa murka dan kecemasan, dan tiap malaikat Zabaniyah membawa rantai dari neraka Ladha, dan cabutlah dengan tujuh puluh ribu bantolan dari neraka Ladha, dan beritakan pada malaikat Malik supaya membuka pintu-pintu neraka".


Maka turunlah malaikat Izrail dengan bentuk yang sangat mengerikan, sehingga andai kata seluruh penduduk langit dan bumi dapat melihat bentuk yang mengerikan itu niscaya akan cair kesemuanya kerana tersangat ngeri akan keadaan bentuknya, maka apabila sampai kepada iblis laknatullah dan dibentaknya sekali sahaja, langsung ia pengsan dan berdengkur dan andaikan dengkur itu dapat didengari oleh penduduk timurhingga barat, niscaya pengsanlah kesemuanya.
Setelah sedar iblis laknatullah, lalu malaikat Izrail pun membentak iblis laknatullah sekali lagi: "Berhentilah hai penjahat!!!, kini aku rasakan padamu kepedihan maut sebagaimana dirasakan oleh banyaknya hitungan orang yang telah engkau sesatkan dalam beberapa abad yang engkau hidup, dan hari inilah hari yang ditentukan oleh Tuhan bagimu, maka ke manakah engkau akan lari!!"
Maka larilah iblis laknatullah lari ketakutan ke hujung timur, tiba-tiba malaikat Izrail muncul di hadapannya. Lalu iblis laknatullah pun menyelam ke dalam laut, namun malaikat Izrail tetap muncul di hadapannya, lantas ia dilemparkan oleh laut, maka ia berlari keliling bumi, namun tetap tidak ada tempat untuknya berlindung. Kemudian iblis laknatullah berdiri di tengah dunia di kubur nabi Adam AS sambil berkata: "keranamu aku telah menjadi celaka, duhai sekiranya aku tidak dijadikan". Lalu ia bertanya pada malaikat Izrail: "Minuman apakah yang akan kau berikan padaku dan dengan siksa apakah yang akan kau timpakan kepadaku?"
Malaikat Izrail pun menjawab: "Dengan minuman dari dari neraka Ladha dan serupa dengan siksa ahli neraka dan berlipat-lipat ganda", maka bergulingan iblis laknatullah di tanah sambil menjerit sekeras suaranya, kemudian berlari ketakutan dari barat ke timur dan patah balik dari timur ke barat dan sampai ke tempat mula-mula ia diturunkan ke muka bumi ini.
Maka malaikat Zabaniyah AS pun menghadang iblis laknatullah dengan bantolan-bantolan dari neraka Ladha. Bumi ini bagaikan bara api, sedang iblis laknatullah dikerumuni oleh malaikat Zabaniyah dan menikamnya dengan bantolan-bantolan dari neraka itu.
Tatkala iblis laknatullah mula merasai sakratul maut maka dipanggil nabi Adam AS dan Siti Hawa untuk melihat keadaan iblis laknatullah itu, maka bangkitlah keduanya untuk menyaksikannya. Sesudah melihat, maka keduanya berdoa: "Ya Tuhan kami, sungguh engkau telah menyempurnakan nikmatMu pada kami".
Wallahu'alam.

Jumat, 04 Juli 2014

Kisah Kurma Dan Labu








Di suatu musim panas Nashruddin Hoja pergi ke suatu desa dengan mengendarai keledainya. Karena lelah ia berhenti dan bernaung di bawah sebatang pohon korma dan mengikatkan keledainya pada batang pohon korma yang lain. Di keteduhan pohon korma itu Nashruddin duduk-duduk santai,  dan sambil beristirahat ia  mengeringkan keringatnya yang bercucuran akibat cuaca yang cukup panas. Dan dalam pada itulah ia melihat rerimbunan pohon labu yang tumbuh subur di sekitar batang-batang korma tersebut. Dengan hati yang takjub Nashruddin merenung keadaan dua macam tetumbuhan yang berbeda tersebut. Nashruddin berkata dalam hatinya: “Subhanallah, wahai Tuhanku mengapa Engkau menciptakan batang pohon labu yang buahnya besar-besar ini hanya  seukuran benang yang kasar, sedangkan korma yang kecil-kecil Engkau berikan batang yang besarnya kadang-kadang lebih dari sepelukkanku.”

Baru saja Nashruddin membathin dengan hatinya, tiba-tiba beberapa butir korma yang sudah tua jatuh menimpa kepalanya. Nashruddin terkejut lalu melepas surbannya dan meraba kepalanya yang setengah botak. Kemudian buru-buru ia beristigfar dan berkata: “Ya Allah, sungguh aku bertaubat kepadamu dan tidak akan turut campur lagi dalam uruusan-Mu menciptakan alam semesta ini. Segala yang engkau ciptakan tentulah mengandung hikmah dan rahasia yang besar, dan itu hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang mengalaminya. Andai saja buah-buah korma itu sebesar labu yang Engkau ciptakan, maka pastilah kepalaku remuk dan akupun mati dalam kebodohan.”  Kemudian Nashruddin buru-buru melanjutkan perjalanannya.

Kisah Tetangga Pengganggu







Suatu ketika Syaikh Malik bin Dinar menyewa rumah dari seorang Yahudi. Setelah Malik pindah ke rumah sewanya, si Yahudi memindahkan kamar mandi dan wc-nya ke sebelah dinding tempat tinggal Malik bin Dinar, padahal dinding pemisah antara keduanya sudah rapuh dan banyak yang berlubang. Keadaan itu membuat air bekas mandi dan air najis dari rumah Yahudi itu membasahi ruang rumah  Malik bin Dinar, bahkan membasahi mihrab tempat sholatnya Malik. Si Yahudi memang sengaja melakukan hal itu, agar Malik terganggu sehingga sebelum habis masanya Malik sudah pindah dari rumah yang ia sewakan kepada Malik. Akan tetapi Malik sedikitpun tidak marah, bahkan dengan senang hati setiap hari dan setiap saat ia bersihkan semua kotoran yang masuk ke ruangan rumahnya tersebut. Dan tak pernah sepatah katapun ia ucapkan kepada si Yahudi tentang perkara itu.


Lama-kelamaan si Yahudi itu yang merasa kesal dengan kesabaran Malik bin Dinar, hingga suatu hari ia datang menemui Malik dan berkata: “Hai Malik, apakah yang membuatmu sabar sedemikian rupa terhadap gangguan-gangguan yang kuberikan kepadamu.”

Sambil tersenyum Malik menjawab: “Karena engkau tetanggaku, sedangkan junjungan kami, Baginda Muhammad Rasulullah SAW telah bersabda, bahwa Malaikat Jibril selalu datang dan tak putus-putusnya berwasiat kepada beliau tentang halnya berbaik-baik dengan tetangga, sampai-sampai beliau pernah berpikir bahwa tetangga itu berhak memperoleh warisan. Dan selaku umat beliau, tentu saja saya harus menunaikan apa yang telah beliau amanahkan.”

Mendengar itu si Yahudi terdiam, ia lalu meminta maaf kepada Malik bin Dinar dan langsung menyatakan dirinya masuk Islam. Dan dengan bimbingan Malik bin Dinar, si Yahudi pun menjadi seorang muslim yang baik dan ta’at. Wallahua’lam.

Petani Dan Gandumnya








Alkisah, ada seorang petani yang berniat menjual sekarung gandum ke pasar. Ketika karung tersebut dimuatkan ke atas untanya, karung itu selalu terjatuh.  Setelah berpikir keras, lalu di-isinya sebuah karung yang lain dengan pasir untuk penyeimbang sekarung gandum yang akan dijualnya. Petani itu merasa bahagia lantaran telah menemukan sesuatu sebagai jalan keluarnya. Dengan sekarung gandum dan sekarung pasir itulah ia berangkat ke pasar.
Ditengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang tampak miskin, bertubuh kurus, berpakaian lusuh dan tidak pula bersepatu. Kemudian secara bersamaan mereka duduk untuk beristirahat. Dalam percakapannya dengan orang tersebut si petani mengetahui, bahwa sesungguhnya orang itu adalah orang yang pintar dan bijak. Orang itu banyak mengetahui persoalan-persoalan yang ada. Ia juga mengenal tokoh-tokoh kenamaan dinegeri itu. Memiliki gagasan-gagasan besar dan brilliant. Si petani sangat kagum padanya. Orang miskin  itu kemudian bertanya kepada si petani tentang barang bawaannya dan tentu saja petani itu menjawab apa adanya. Kemudian orang itu berkata kepada si petani: “Mengapa tak kau bagi saja gandum itu menjadi dua karung ?. Bukankah dengan cara demikian kau tak perlu membawa pasir dengan sia-sia ?.”
Mendengar saran itu, si petani semakin kagum dengan orang tersebut, sebab ia tak pernah berpikir sejauh itu. Akan tetapi sejenak petani itu sadar akan keadaan yang sesungguhnya dari orang miskin itu , petani itu bertanya: “Apakah dengan kepintaran dan pengetahuan yang kau miliki itu engkau punya pekerjaan tetap ?” Orang itu menggeleng dan menjelaskan, bahwa kepintarannya itu telah memberinya sakit kepala dan khayalan-khayalan hampa.
Demi mendengar penuturan itu kekaguman si petani berubah menjadi kekesalan. Ia berkata kepada orang tersebut: “Pergilah menjauh dariku, karena betapapun ketololanku, aku telah mendapatkan hidup dan kehidupan darinya. Sedangkan engkau, apa yang telah kau perbuat dengan kepintaranmu ?”

Kisah Binatang Yang Mengunjungi Nabi Adam








Ketika Nabi Adam a.s diturunkan Allah SWT ke bumi, maka beliau di kunjungi oleh kumpulan hewan-hewan yang buas di bumi. Hewan-hewan tersebut datang secara bergiliran dan memberi salam penghormatan kepada Nabi Adam a.s, dan setelah beliau menjawab salam para binatang itu, Nabi Adam a.s juga mendo’akan hewan-hewan tersebut dengan kepantasan yang berhak diterima oleh para hewan tersebut.
Setelah usai hewan-hewan yang  buas datang berkunjung, maka datanglah sekelompok kijang. Dan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Adam a.s kepada hewan sebelumnya, maka beliau juga mendo’akan kijang-kijang tesebut sambil mengusap-usap punggung si kijang. Dan dengan izin Allah yang mengabulkan  do’a Nabi Adam tersebut keluarlah bau harum seperti aromanya misik dari badan kijang-kijag tersebut.
Keesokannya ketika beberapa jenis binatang lainnya  berjumpa dengan si kijang, mereka bertanya: “Wahai para kijang, mengapa punggung kalian mengeluarkan aroma misik ?.”  Kijang menjawab: “Kami telah mengunjungi Nabi Adam a.s, beliau mendo’akan kami sambil mengusap-usap punggung kami. Ternyata setelah itu keluarlah aroma misik ini.”  
Mendengar penuturan itu, maka para binatang tersebut lalu mengunjungi Nabi Adam a.s, dan mereka meminta agar Nabi Adam mendo’akan mereka seperti yang telah beliau lakukan kepada kijang-kijang tersebut. Namun setelah dido’akan dan diusap punggungnya, apa yang mereka harapkan ternyata tidak terkabul. Tak ada aroma misik yang mereka inginkan. Lalu mereka bergegas menjumpai si kijang dan berkata: “Kami telah bertemu dengan Nabi Adam dan beliau telah mendo’akan dan mengusap punggung kami, tetapi ternyata kami tak mendapatkan aroma misik tersebut.” Lalu kijang berkata: “Sesungguhnya kami berkunjung kepada Nabi Adam adalah karena ingin bersilaturahmi sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT, sedangkan kalian berkunjung hanya karena ingin mendapatkan aroma misik. Oleh sebab itulah mungkin Allah tidak berkenan mengabulkan keinginan kalian.”

Kamis, 03 Juli 2014

Kisah Ditiupnya Sangkakala









Malaikat Isrofil mempunyai empat sayap, satu sayap di Masyrik, satu sayap di Maghrib, satu sayap menutupinya, dan satu sayap yang digunakan menutupi sesuatu olehnya. Kepala dan wajahnya sangat pucat lantaran takut pada Allah Swt, selalu menyungkurkan kepalanya dengan memandang Arsy, salah satu tiang Arsy pada pundak Isrofil, dan tidaklah dia kuat menanggung Arsy kecuali dengan takdir Allah Swt. Karena sesungguhnya dia itu kecil lantaran takutnya pada Allah Swt, seakan bagai burung sejoli. Apabila Allah hendak menentukan sesuatu pada Lauh maka dibukalah penutup pada wajahnya dan dia perhatikan apa yang ditakdirkan Allah Swt dari ketentuan dan perkara. Dan tidak ada bagi malaikat yang tempatnya dekat Arsy kecuali Isrofil dengan jarak antara tujuh hijab. Jarak antara hijab yang satu dengan yang lain sekitar perjalanan 500 tahun. Jarak antara Jibril dan Isrofil terdiri dari 70 hijab.
Telah diletakkan sangkakala pada pahanya sebelah kanan, sedang kepala sangkakala itu pada mulutnya. Dia selalu memperhatikan perintah Allah Swt, kapan datangnya, jika telah tiba ditiuplah sangkakala itu dan apabila telah cukup usia dunia maka mendekatlah sangkakala itu pada wajah Isrofil, lalu Ia kumpulkan sayap-sayapnya yang empat itu dan ditiuplah sangkakala itu.
Abu Hurairah bertanya kepada Nabi Saw,"Apakah sangkakala itu Ya Rasulullah?"
Baginda Rasulullah Saw bersabda,"Sangkakala itu seperti tanduk yang sangat besar dari cahaya, Demi zat Allah yang mengutus saya dengan sebenarnya sebagai Nabi, besar dari tiap-tiap lubang bulatannya sebesar langit dan bumi."
Allah Swt menjadikan sangkakala yang mempunyai empat cabang, satu cabang di Maghrib, satu cabang di Masyrik, satu cabang dibawah bumi ketujuh yang paling bawah, dan satu cabang diatas langit ketujuh yang paling atas. Dan di dalam sangkakala tersebut terdapat pintu-pintu sejumlah ruh-ruh dan tersapat pula tujuh puluh rumah. Satu rumah terdapat ruh-ruh para Nabi, satu rumah terdapat ruh-ruh para malaikat, satu rumah terdapat ruh-ruh para jin, satu rumah terdapat ruh-ruh hewan-hewan melata seperti semut dan lain-lain sampai genap tujuh puluh rumah dengan tujuh puluh jenis makhluk. 
Sangkakala akan ditiup Tiga kali yaitu tiupan kejutan yang menakutkan, tiupan kematian, dan tiupan kebangkitan. Allah Swt menyuruh Malaikat Isrofil dengan tiupan pertama, maka terkejutlah dan takutlah orang-orang di langit dan di bumi.
Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah Saw,"Wahai Rasulullah, bagaimana keadaan makhluk ketika sangkakala ditiup?"
Rasulullah Saw bersabda,"Wahai Hudzaifah, demi zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya. Disaat sangkakala ditiup tibalah hari kiamat, seseorang telah mengangkat sesuap nasi untuk dimakan tetapi tidak dimakannya, dan pakaian berada dimukanya tetapi tidak dikenakannya, sedangkan gelas terdapat dimulutnya tetapi tidak diminumnya."


Ketika sangkakala ditup sampailah getarannya pada semua penghuni langit dan bumi, maka berjalanlah dan bergeraklah langit, bergoncanglah bumi bagaikan perahu diatas air, setan-setan jadi kebingungan, bintang-bintang berjatuhan pada mereka, matahari terbelah dan langit pecah diatas kepala mereka. Tiap-tiap wanita yang sedang menyusui lupa kepada anak yang sedang disusuinya, tiap-tiap wanita yang mengandung, maka keguguranlah kandungannya, dan semua anak-anak menjadi tua (dewasa), maka mereka ditempatkan sesuai dengan kehendak Allah Swt, dan manusia pada waktu itu dalam keadaan lupa. Keadaan yang demikian ini terjadi hingga 40 hari. Firman Allah Swt,"Sesungguhnya goncangan pada hari kiamat adalah kejadian yang besar."  
Kemudian Allah menyuruh Malaikat Isrofil supaya meniupkan tiupan kematian. Maka Ia melakukan tiupan itu, maka matilah semua mahkluk yang di langit dan di bumi kecuali yang dikehendaki Allah yaitu, Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, dan delapan Malaikat penyangga Arasy 
Maka Allah memerintahkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa mereka semua, dan dia pun melaksanakannya. lalu Allah memerintah malaikat maut untuk mencabut nyawanya sendiri, dan dia pun melakukannya. Sehingga tidak ada satu makhluk pun yang tertinggal, dan bumi rusak selama 40 tahun.
Maka Allah berfirman,"Hai dunia yang hina dina, dimanakah para raja? Dimanakah anak-anak raja? Dimanakah para penguasa yang sombong? Dan dimanakah orang-orang yang menerima pemberianku tetapi mereka menyembah selain Aku? Milik siapakah kerajaan pada hari ini?"
Tidak ada satu makhluk pun yang menjawab, maka Dia (Allah) yang menjawab untuk dirinya sendiri melalui firmannya,"Kepunyaan Allah Yang Maha Perkasa."
Kemudian Allah mengirimkan angin Fakim, yang pernah dikirim kepada kaum 'Ad, yang kekuatannya hanya kira-kira sebesar lubang jarum. Maka tidak ada sesuatu pun di atas bumi yang tertinggal, semuanya hancur lebur dibuatnya, sampai menjadi ratalah semua permukaan bumi. Sebagaimana firman Allah,"Tidak akan engkau temui di bumi bagian yang rendah dan tinggi." 
Lalu Allah menyuruh langit agar menghujankan air, maka langit pun menurunkan hujan, sehingga air itu sampai di atas segala sesuatu setinggi 12 dzira' kaki.
Dengan demikian tumbuhlah makhluk seperti pohon kubis, sehingga menjadi sempurnalah kembali jasad mereka dan menjadi seperti semula (menjadi manusia kembali). Kemudian Allah menghidupkan para malaikat penyangga Arasy, Israfil, Mikail, Izrail, dan malaikat Jibril, yang semuanya hidup kembali dengan izin Allah Swt.
Lalu terjadilah tiupan ketiga, yaitu tiupan kebangkitan... 

Kisah Kubah Dasar Laut








Pada suatu hari Nabi Allah Sulaiman telah menerima wahyu daripada Allah supaya pergi ke tepi pantai untuk menyaksikan suatu benda yang ajaib yang akan ditunjukkan kepada Nabi Sulaiman. Setelah bersiap sedia, Nabi Sulaiman berangkat ke tepi pantai yang di nyatakan di dalam wahyu. Baginda di iringi oleh kaum jin, manusia dan binatang.

Setibanya di pantai, Nabi Sulaiman terus mengintai-ngintai untuk mencari sesuatu seperti yang dikatakan oleh Allah. Setelah lama mencari ,baginda belum lagi menjumpai apa-apa. Kata salah seorang daripada mereka “Mungkin salah tempat”. Tetapi baginda menjawab “Tidak, di sinilah tempatnya”. Nabi Sulaiman mengarahkan Jin Ifrit supaya menyelam ke dalam laut untuk meninjau apa-apa yang pelik atau ajaib. Jin Ifrit menyelam agak lama juga barulah ia kembali kepada Nabi Sulaiman dan memaklumkan bahwa dia tidak menjumpai apa-apa benda yang ajaib. Tanya Nabi Sulaiman “Apakah kamu menyelam sehingga dasar laut” Jawab Jin Ifrit “Tidak”. Nabi Sulaiman pun mengarahkan Jin Ifrit yang kedua supaya menyelam sehingga ke dasar laut. Setelah puas menyelam dan mencari benda-benda yang di katakan oleh Nabi Sulaiman, Jin Ifrit yang kedua juga tidak menjumpai apa-apa yang ajaib dan ia melaporkan kepada Nabi Sulaiman.
Perdana Menterinya yang bernama Asif bin Barkhiya telah berbisik ke telinga Nabi Sulaiman dan memohon kebenaran untuk menolongnya. Setelah mendapat izin Nabi Sulaiman, dia membaca sesuatu dan terus menyelam ke dalam laut. Tidak lama kemudian Asif menjumpai sebuah kubah yang sangat cantik. Kubah tersebut mempunyai empat penjuru, setiap penjuru mempunyai pintu. Pintu pertama diperbuat daripada mutiara, pintu kedua diperbuat daripada zamrud berwarna merah, pintu ketiga diperbuat daripada jauhar dan pintu keempat diperbuat daripada zabarjad. Pintu-pintu tersebut terbuka luas, tetapi yang peliknya air tidak masuk ke dalam kubah tersebut walaupun pintunya terbuka luas.  Dengan kuasa yang diberikan oleh Allah, Asif dapat membawa kubah tersebut naik ke darat dan diletakkan di hadapan Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman melihat kubah tersebut dengan penuh takjub di atas kebesaran Allah. Baginda berangkat untuk melihat kubah tersebut, setelah menjenguk ke dalam di dapati ada seorang pemuda berada di dalamnya. Pemuda tersebut masih belum sedar walaupun kubahnya telah diangkat ke darat kerana asyik bermunajat kepada Allah. Nabi Sulaiman memberi salam kepada pemuda tersebut. Pemuda tersebut menyambut salam dengan perasaan terkejutnya apabila melihat orang ramai sedang berada di situ. Nabi Sulaiman memperkenalkan dirinya kepada pemuda itu bahawa beliau adalah Nabi Allah Sulaiman. Pemuda itu bertanya “Dari manakan mereka ini dan bagaimana mereka datang?”. Pemuda itu merasa hairan dan setelah menjenguk keluar dia mendapati bahawa kubahnya telah berada di darat. Nabi Sulaiman memberitahu pemuda itu bahawa mereka datang karana diperintahkan oleh Allah untuk melihat keajaiban yang dikurniakan Allah kepadanya.
Setelah mendapat izin dari pemuda itu Nabi Sulaiman meninjau ke dalamnya untuk melihat benda yang ajaib yang dihiasi di dalamnya. Keindahan yang terdapat di dalam kubah itu sungguh menakjubkan. Nabi Sulaiman bertanya kepada pemuda tersebut bagaimana dia boleh berada di dalam kubah ini yang terletak di dasar laut. Pemuda tersebut menceritakan bahawa dia telah berkhidmat kepada kedua ibu bapanya selama 70 tahun. Bapanya seorang yang lumpuh manakala ibunya pula seorang yang buta. Suatu hari ketika ibunya hendak meninggal dunia, ibunya memanggilnya dan memaklumkan bahawa ibunya telah rela di atas khidmat yang diberikan olehnya. Ibunya berdoa kepada Allah supaya anaknya dipanjangkan umur dan sentiasa taat kepada Allah. Setelah ibunya meninggal dunia, tidak lama kemudian bapanya pula meninggal dunia. Sebelum bapanya meninggal dunia, bapanya juga telah memanggilnya dan memaklumkan bahawa dia juga telah rela di atas khidmat yang diberikan olehnya. Bapanya telah berdoa sebelum meninggal dunia supaya anaknya di letakkan di suatu tempat yang tidak dapat diganggu oleh syaitan.
Doa kedua dua orang tuanya telah dimakbulkan oleh Allah. Pada suatu hari ketika pemuda tersebut bersiar-siar di tepi pantai ia terlihat sebuah kubah yang sedang terapung-apung di tepi pantai. Ketika pemuda tadi menghampiri kubah tersebut .
Ada suara menyeru supaya pemuda itu masuk ke dalam kubah tersebut. Sebaik sahaja ia masuk kubah dan meninjau di dalamnya tiba-tiba ia bergerak dengan pantas dan tenggelam ke dasar laut. Tidak lama kemudian muncul satu lembaga seraya memperkenalkan bahawa dia adalah malaikat yang di utuskan Allah. Malaikat itu memaklumkan bahawa kubah itu adalah kurniaan Allah kerana khidmatnya kepada orang tuannya dan beliau boleh tinggal di dalamnya selama mana dia suka, segala makan dan minum akan dihidangkan pada bila-bila masa ia memerlukannya. Malaikat itu memaklumkan bahawa dia diperintahkan Allah untuk membawa kubah tersebut ke dasar laut. Semenjak dari itu pemuda tersebut terus bermunajat kepada Allah sehingga hari ini.
Nabi Sulaiman bertanya kepada pemuda itu “Berapa lamakah kamu berada di dalam kubah ini” Pemuda itu menjawab “Saya tidak menghitungnya tetapi mulai memasukinya semasa pemerintahan Nabi Allah Ibrahim a.s lagi”. Nabi Sulaiman menghitung “. Ini bermakna kamu telah berada di dalam kubah ini selama dua ribu empat ratus tahun”. Nabi Sulaiman berkata “Rupa mu tidak berubah malah sentiasa muda walaupun sudah dua ribu empat ratus tahun lamanya”. Nabi Sulaiman bertanya pemuda itu apakah dia mahu pulang bersamanya”. Jawab pemuda tadi “Nikmat apa lagi yang harus aku pinta selain daripada nikmat yang dikurniakan oleh Allah kepada ku ini”. Nabi Sulaiman bertanya”Adakah kamu ingin pulang ke tempat asal mu” Jawab pemuda itu “Ya, silalah hantar aku ke tempat asalku”. Nasi Sulaiman pun memerintahkan Perdana Menterinya membawa kubah tersebut ke tempat asalnya.
Setelah kubah tersebut diletakkan ke tempat asal, Nabi Sulaiman berkata kepada kaumnya “Kamu semua telah melihat keajaiban yang dikurniakan oleh Allah. Lihatlah betapa besar balasan yang Allah berikan kepada orang yang taat kepada orang tuanya dan betapa seksanya orang yang menderhaka kepada kedua ibu bapanya”. Nabi Sulaiman pun berangkat pulang ke tempatnya dan bersyukur kepada Allah Taala kerana telah memberi kesempatan kepadanya untuk menyaksikan perkara yang ajaib.

Copyright @ 2013 Kisah Sejarah Islam.