Telah datang menghadap Rasulullah SAW, utusan orang-orang Nasrani Najran, yang terdiri daripada 60 penunggang kuda,...di antara mereka, terdapat 14 orang dari kalangan bangsawan....
Mereka
masuk ke kota Madinah dan masuk ke dalam masjid Rasulullah (Nabawi) ketika
baginda sedang bersembahyang Asar... Mereka mengenakan pakaian yang
mewah sehingga berkata orang-orang yang melihat mereka, “tidak pernah
kami melihat utusan sehebat mereka...”
Mereka dibiarkan
melakukan sembahyang menurut agama mereka dengan menghadap ke arah
timur... dan kemudian setelah selesai, ketiga-tiga pemimpin mereka iaitu
Abu Haritsah bin Alqamah, Abdul Masih dan Al-Aiham bersoal jawab
dengan Rasulullah...
Mereka menegaskan kepercayaan mereka
tentang Nabi Isa, bahawa baginda (Isa) adalah Tuhan, putera Allah dan
satu dari tiga senyawa (triniti)....Sebagai dalil dan alasan akan
kebenaran dan kepercayaan itu, mereka kemukakan bahawa Nabi Isa dapat
menghidupkan orang mati, dapat menyembuhkan orang sakit, buta dan
sopak,...serta dapat memberitahu tentang hal-hal perkara yang ghaib dan membentuk dari
tanah liat seekor burung lalu meniup menjadi burung hidup yang
bernyawa..(Pada hal Nabi Isa melakukan semua itu dengan izin
Allah yang telah memberikannya mukjizat dan sebagai tanda kekuasaanNya ke
atas hamba-hambanya).
Kemudian Rasulullah mengemukakan firman Allah, Surah Ali-Imran :
Sesungguhnya
perbandingan (kejadian) Nabi Isa di sisi Allah adalah sama seperti
(kejadian) Nabi Adam. Allah telah menciptakan Adam dari tanah lalu
berfirman kepadanya: Jadilah engkau! maka jadilah ia. Perkara yang benar
ialah yang datang dari Tuhanmu. Maka jangan sekali-kali engkau menjadi
dari orang-orang yang ragu-ragu.” (ayat 59 -60)
Oleh
sebab mereka masih berdegil dan tetap dengan pendirian itu, maka
Allah memerintahkan Rasulullah mengajak mereka “bermubahalah” di padang
yang terbuka....
Ketika Rasulullah datang ke arena
mubahalah dengan disertai Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, orang-orang
Nasrani terperanjat...Para pendita Nasrani berharap Rasulullah membawa
sebahagian besar sahabatnya untuk bermubahalah dan bukan sekelompok
kecil dari ahlubaitnya (keluarganya)....Mereka mengharapkan Rasulullah
memanggil seluruh umat Islam seperti mana keluar untuk berjihad.
Tetapi
medan tersebut bukanlah medan peperangan dan jihad. Ia adalah medan
doa dan munajat untuk menegakkan kebenaran dan membuka tabir
kebatilan.... Dan tidak ada yang dapat membuka tabir kebatilan, kecuali
orang-orang yang paling baik dan paling mulia di muka bumi.
Menurut
pelbagai riwayat, ketika Rasulullah menyeru para pendita Nasrani
untuk masuk Islam, mereka menolak ajaran baginda dan enggan berbai'ah
kepada baginda tetapi sebaliknya menuduh baginda dengan
kebohongan....apabila dekat dengan saat untuk bermubahalah, para pendita
Nasrani dan sekelompok besar para pengikutnya berkumpul, mereka
menunggu kedatangan Rasulullah...
Mereka terkejut melihat
saat Rasulullah datang dengan langkah yang mantap dengan disertai
ahlulbaitnya.... Satu tangan baginda memimpin tangan Sayyidina Husain
manakala satu tangan lagi memimpin Sayyidina Hasan.... Fatimah
berjalan di belakang baginda dengan dipenuhi cahaya dan Sayyidina Ali
mengikuti mereka dengan memancarkan kebesaran.
Ketika itu
As-Sayyid dan Al-’Aqib (dua pembesar Najran) datang kepada Rasulullah....
sudah kelihatan pada diri mereka keraguan dan keresahan.... Mereka
bertanya, “Wahai Abal Qasim (gelaran Rasulullah), dengan disertai siapa engkau akan bermubahalah dengan kami ?
Rasulullah menjawab, “saya akan bermubahalah dengan disertai sebaik-baiknya penduduk bumi dan semulia-mulianya makhluk di sisi Allah.”
Kemudian, Rasulullah menunjuk kepada Sayyidina Ali, Fatimah Zahra, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain...
Mereka bertanya dengan penuh kehairanan, “mengapa engkau tidak bermubahalah dengan disertai orang-orang besar dan mulia yang beriman dan mengikutimu?”
Rasulullah berkata, “tentu, aku akan bermubahalah denganmu dengan disertai mereka, sebaik-baiknya penduduk bumi dan seutama-utamanya makhluk.”
Hati
mereka bergoncang dipenuhi rasa takut dan kekhuatiran. Akhirnya,
mereka kembali menemui pendita mereka untuk meminta petunjuk....
Mereka berkata kepada pemimpin mereka, “wahai Abu Haritsah, bagaimana pendapatmu dalam perkara ini ? "
Pendita mereka menjawab, “aku
melihat wajah-wajah yang jika salah seorang dari mereka memohon
kepada Allah supaya gunung dihilangkan dari tempatnya maka Allah akan
menghilangkan gunung itu....Tidakkah engkau sedang melihat, Muhammad
sedang mengangkat kedua tangannya sambil menunggu terkabul doanya....
Demi Al-Masih, jika dia menggerakkan mulutnya dengan satu kata, maka
kita tidak dapat kembali kepada keluarga dan harta kita.”
Akhirnya
mereka memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan arena
mubahalah..... Mereka rela walaupun harus menanggung kehinaan dan membayar
jizyah (denda).
Peristiwa mubahalah ini merupakan detik
terpenting dalam sejarah Islam.... Pengakuan oleh Nasrani Najran ini
membuktikan bahawa mereka mengetahui kenabian dan kerasulan Muhammad
adalah BENAR... kerana kalau tidak kenapa mereka berundur dari medan
mubahalah...Mereka juga menerima syarat yang diajukan oleh Rasulullah
dengan membayar jizyah.
Kejadian besar ini membuktikan kebenaran kenabian Rasulullah yang mulia dan kebenaran agama Islam yang dibawanya.
“Kemudian
sesiapa yang membantahmu (wahai Muhammad) mengenainya, sesudah engkau
beroleh pengetahuan yang benar, maka katakanlah kepada mereka:
“Marilah kita menyeru anak-anak kami serta anak-anak kamu, dan
perempuan-perempuan kami serta perempuan-perempuan kamu, dan diri kami
serta diri kamu". Kemudian kita memohon kepada Allah dengan
bersungguh-sungguh, serta kita meminta supaya laknat Allah ditimpakan
kepada orang-orang yang berdusta." (surah Ali-Imran, ayat 61)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus